Investasi di KI Indonesia Timur Meningkat Tajam

Direktur Pengembangan Wilayah Industri I Arus Gunawan

Jakarta, Maritim

Setelah Kemenperin mendorong pembangunan kawasan industri (KI) ke wilayah Indonesia timur, dengan tujuan untuk membuat persebaran pembangunan industri dan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia, investasi yang masuk hingga April 2018 menunjukkan akselerasi peningkatan yang cukup tajam.

Jika di catat, pertumbuhan investasi di KI wilayah Indonesia timur tahun lalu saja nilainya mencapai Rp100 triliun. Sementara hingga April 2018 ini sudah mencapai Rp132 triliun, yang meliputi investasi pada industri pupuk, smelter, alumina, semen dan PLTA.

“Meningkatnya investasi di KI wilayah Indonesia timur itu disebabkan 3 faktor. Yaitu adanya sumber daya alam yang cukup tersedia, letaknya strategis dan dukungan pemerintah daerah,” kata Direktur Pengembangan Wilayah Industri I, Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI), Kemenperin, Arus Gunawan, saat berbincang-bincang dengan wartawan, di Jakarta, kemarin.

Adanya minat berinvestasi pada letak yang sangat strategis, Arus memberi contoh, akan dibangunnya pabrik smelter alumina di Mimika, Papua. Di kawasan ini tidak ada bahan baku, tapi letaknya sangat strategis berupa sungai besar untuk membangun PLTA dengan kekuatan 4.400 MW.

“Sebab sifat smelter itu menggunakan energi besar. Sedangkan untuk bahan baku mereka datangkan dari Australia. Di samping itu, mereka juga akan membangun pabrik semen di Mimika, agar harganya kompetitif untuk wilayah Papua dan sekitarnya. Sehingga semen tidak perlu lagi didatangkan dari Pulau Jawa,” jelas Arus.

Rencananya, untuk pabrik di Mimika ini dibutuhkan sebanyak 25.000 karyawan, dengan nilai investasi sebesar US$1,2 miliar.

Kemudian di Luwuk, Sulawesi Tengah, akan dibangun pabrik pupuk di atas lahan seluas 500 hektare. Dengan kapasitas produksi 1,1 juta ton per tahun pupuk urea, pabrik ini direncanakan untuk menggantikan pabrik pupuk yang tidak efisien lagi, seperti Pupuk Kaltim dan Pusri.

“Dipilihnya Luwuk, karena di depan areal lokasi pabrik ini terdapat suatu pulau yang bisa menahan gelombang laut (break water) masuk ke pelabuhan. Apalagi draftnya bisa mencapai 20 meter,” katanya.

Pabrik yang membutuhkan tenaga kerja sebanyak 1.000 orang ini akan memproduksi pupuk amoniak dan urea yang mampu bersaing dengan pupuk impor. Investor saat ini masih menunggu harga gas turun dari US$4,4 per mmbtu menjadi US$4,2 per mmbtu.

Selanjutnya Arus menjelaskan investasi di Halmahera Tengah, Maluku, yang juga sedang dipersiapkan pabrik smelter yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 hektare. Dengan menyerap tenaga kerja 20.000 orang.

“Kami mengharapkan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah segera merealisasikan pendampingan, perizinan serta diberikan fasilitas tax holiday bagi berbagai investasi tersebut,” ujar Arus. (M Raya Tuah)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *