Sampit, Kalteng – Maritim
“DANGKALNYA alur pelayaran di sungai Mentaya berpengaruh terhadap aktivitas transportasi laut ke Pelabuhan Sampit di ibukota kabupaten Kotawarinn Timur. Karena pada waktu permukaan sungai surut, kapal-kapal pengangkut petikemas maupun general cargo akan kesutan menembus bottle-neck pendangkalan di dekat muara, hingga akan terlambat sampai ke pelabuhan” ungkap H. Fadlian Noor, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Menurutnya, hal itu merupakan masalah serius. Sebab, tak hanya kapal penumpang yang memasuki pelabuhan Sampit, tetapi juga kapal-kapal pengangkut general cargo serta petikemas kontainer yang mengangkut berbagai produk dan komoditas perdagangan. Sebab itu Fadlian berharap diemukannya solusi dalam pengerukan alur pelayaran tersebut.Terkait hal terseut, fihaknya telah mencoba melakukan pendekatan dengan berbagai institusi yang memiliki kepentingan dengan kepelabuhanan/pelayaran. Antara lain dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/Pelindo III sebagai pengelola pelabuhan Sampit/kawasan Bagendang.
Selain itu, ia juga telah megirimkan permohonan ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebagai otoritas tertinggi di sektor transportasi. Ungkapnya: ”Semoga apa yang telah kami sampaikan kepada Kemenhub dapatrespon positiv. Langkah itu kami tempuh, mengingat pengerukan sungai Mentaya tidak bisa ditangani hanya dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah (APBD) saja, tapi butuh bantuan dari dana pusat lewat Anggaran Pendapatan& Belanja Negara (APBN)”.
Kadishub Kotim menjelaskan lebih jauh, bahwa sebelumnya Pelindo III menyatakan siap mengeruk alur sungai Mentaya agar lalu lintas kapal tidak lagi terganggu pendangkalan sungai. Memberi tanggapan terhadap masalah ini, Mohammad Iqbal Direktur Komersial & Operasional PT Pelindo III mengatakan: “Kami siap memperdalam alur pelayaran di sungai Mentaya, tetapi saat ini kami masih menunggu regulasi dari Menteri Perhubungan yang juga sudah kami beri iformsi mengenai kendala yang terjadi di alur pelayaran sungai Mentaya”.
Iqbal mengungkapkan bahwa alur pelayaran sungai Mentaya memang mendesak untuk dikeruk, karena kalau dibiarkan akan menjadi gangguan lalu lintas kapal. Utamanya kapal-kapal besar yang hanya bisa melintas saat air pasang, sehingga tak menguntungkan bagi dunia usaha.***(ERICK A.M.)