Semarang – Maritim
SETELAH mendapat pendampingan dan setifikasi dari kantor pusat The Nautical Intitute di London, kampus pelaut PIP di Kota Semarang mulai membuka diklat DP (drill pipe) Master. Capt. Syariful Alamsyah Lubis, Chairman The Nautical Institute Branch Indonesia mengatakan, kantor pusatnya di London, Inggris berkenan memberi pendampingan dan sertifikasi bagi lembaga diklat setelah melalui audit dan pengawasan agar standar diklat mereka tetap sesuai dengan ketentuan.
“PIP Semarang sudah mendapat approval dan berhak menggelar Diklat Master setalah mendapatkan sertifikat dari The Nautical Institute United Kingdom. Kasus serupa bukan hanya di PIP Semarang, tapi juga lembaga diklat pelaut lain di berbagai belahan dunia,” ungkap Capt. Syariful Alamsyah Lubis Senin (27/3/2017). usai peresmian dan seminar The Nautical Instutute di kampus PIP Semarang.
Menurutnya, pemegang DP Master akan tetap digunakan dan dibutuhkan bukan hanya di Indonesai tapi juga di belahan dunia lainnya. Profesi mereka cukup langka dan dihargai tinggi di banyak negara, seperti di Timur Tengah, jelas Capt. Syariful. Terkait hal itu Capt. Peter Moeller dari The Nautical Institute menambahkan, pemegang sertifikat DP Master bukan hanya bisa bekerja di kapal-kapal tanker atau offshore. Tapi mereka juga bisa kerja kapal lain karena kapal-kapal generasi terbaru membutuhkan keahlian khusus pemegang sertifikat DP Master.
Lesunya kapal-kapal offshore dan kapal tangker yang dipicu anjloknya harga minyak dunia, menurut Capt. Moeller tak akan berlangsung selamanya. Jika sudah sampai ke titik nadhir, tentu akan kembali bangkit dan harga minyak dunia kembali ke posisi normal. Saat itulah kompetensi DP Master akan dibutuhkan lagi. Berbicara tentang pendpatan yang bisa diraih pemegang setifiat DP Master, Capt. Syariful menambahkan, di Timur Tengah nakhoda di kapal offshore mendapat gaji US$750 per hari, atau berkisar US$18.000 per bulan.
Lebih lanjut, Capt. Syariful mengatakan, di Timur Tengah pelaut dengan kompetensi DP Master masih banyak dibutuhkan. Gaji mereka relatif tinggi sebagai pelut profesional.
Kalau bicara gaji pelaut profesional, menurut Capt. Syariful, termasuk dari Indonesia masih tinggi dibandingkan profesi lainnya. Saat ini, ada sekitar 5.000 perwira pelaut asal Indonesia yang bekerja di kapal-kapal asing internasional. Jelasnya: “Jika di kapal asing, gaji mereka masih lumayan tinggi, sesuai standar internasional. Meskipun di Indonesia gaji nakhoda masih Rp30 juta lebih. Jumlah itu masih layak meski untuk pelaut level dibawahnya masih harus diperjuangkan. Gaji pelaut itu sesuai jenis dan ukuran kapal. Selain itu juga posisinya di kapal. Untuk perwira, tentu berbeda dibanding anak buah kapal (ABK)”.
Gua menjaga dan mengawasi gaji dan kesejahteraan pelaut di Indonesia, menurut Capt. Syariful, menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. Mulai Pemerintah, asosiasi, dunia usaha serta para pelaut sendiri. Mereka harus terus tingkatkan profesionalisme dan jangan mau bekerja asal-asalan, tanpa kontrak dan lainnya. ***(ERICK A.M.)