JAKARTA, MARITIM.
Hanafi Rustandi, Presiden Eksekutif Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), meninggal dunia pada 4 Juli 2017 di Tokyo, Jepang, karena sakit. Almarhum yang lahir di Tasikmalaya 4 Februari

1945, meninggalkan seorang isteri, 4 orang anak dan 7 cucu.
Dari Tokyo, jenazah almarhum Jumat pagi (7/7) diterbangkan ke Jakarta. Setibanya di bandara Soekarno-Hatta, Ketua Umum KPI Capt. Hasudungan Tambunan menyerahkan jenazah kepada pihak keluarga dan selanjutnya dibawa ke Garut, Jawa Barat, untuk dimakamkan Sabtu (8/7). Acara sederhana ini juga dihadiri perwakilan ITF dan organisasi pelaut dari beberapa negara.
Berita meninggalnya mantan Presiden KPI itu cukup mengagetkan pimpinan KPI di pusat maupun daerah, karena kepergian Hanafi ke Jepang menghadiri pertemuan ITF (International Transport Workers Federation) dengan IBF (International Bargaining Forum) untuk menegosiasikan hak-hak dan kesejahteraan pelaut dengan pemilik kapal di seluruh dunia menjadi kesepakatan internasional.
Hanafi hadir di pertemuan tersebut mewakili ITF dalam kapasitasnya sebagai anggota Executive Board ITF sejak 2010, Ketua ITF Asia Pasifik sejak 2008, dan juga sebagai anggota IBF sejak 1999. Dia mendapat kepercayaan di organisasi internasional yang berpengaruh itu hingga akhir hayatnya.
Di mata Ketua Umum KPI Capt. Hasudungan Tambunan, Hanafi dinilai sebagai tokoh pembela buruh transportasi Indonesia yang perjuangan dan kegigihannya telah diakui dunia internasional. “Dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan buruh, Pak Hanafi selalu berjuang di depan tanpa henti sebelum berhasil,” ujarnya.
Ia merasa kehilangan atas kepergian seniornya, karena jasanya sangat besar dalam memimpin dan mengembangkan KPI sampai saat ini. Salah satu kelebihannya, Hanafi dinilai sebagai negosiator ulung dalam perundingan dengan berbagai pihak untuk kepentingan buruh.
“Saya berupaya ingin memiliki ilmunya,” sambung Hasudungan.
Dari Sunda Kelapa
Setelah lulus Sekolah Tehnik Menengah 1963, Hanafi mengikuti kursus VD/AMK-Is (sekarang ATT IV). Selanjutnya dia bekerja di kapal-kapal niaga dalam dan luar negeri sampai 1976.
Kariernya di organisasi buruh dimulai sejak menjadi Ketua KPI Sunda Kelapa pada 1980. Tujuh tahun kemudian, Hanafi menjadi Sekjen KPI sampai 1992. Selanjutnya dipercaya menjadi Ketua II KPI Bidang Hubungan Luar Negeri sampai 1997, lalu Ketua III Bidang Naker dan Diklat sampai 2001.
Dalam Kongres KPI 2001, Hanafi terpilih menjadi Ketua Umum (Presiden) KPI. Dalam beberapa periode selanjutnya ia terpilih kembali berturut-turut sampai 2014. Pada 2005, ia ditetapkan sebagai Anggota Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, yang hingga kini belum dicabut.
Selama kepemimpinannya, Hanafi berhasil membangun kantor DPP KPI di Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat. Banyak pihak menilai, gedung berlantai 4 itu merupakan kantor terbaik di antara kantor serikat pekerja/buruh lainnya.
Selain organisasi buruh, Hanafi juga ditunjuk menjadi ketua/anggota dewan dan komite nasional di beberapa instansi pemerintah. Misalnya, Anggota Dewan Kelautan Indonesia (2008-2016), Ketua Dewan Pengarah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Maritim Indonesia (2006-sekarang), dan Anggota Komite Nasional Pengawasan Mutu Kepelautan (2008-2014).**Purwanto.