KOMODO (Varanus Komodoensis), reptil purba dari Ordo Lacertilia yang berkerabat dekat dengan kadal tetapi mampu tumbuh berukuran “raksasa”, menjadi satwa ekksklusif karena hanya memiliki habitat di beberapa pulau bagian barat Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sudiyono, Kepala Otoritas Taman Nasional Komodo (TNK) katakan wisata komodo di Kabupaten Manggarai Barat, telah menjadi sumber devisa terbanyak di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
“Kontribusi pendapatan negara bukan pajak di lingkup Kementerian LKH untuk tahun 2017, tertinggi diperoleh dari Taman Nasional Komodo yang menempati urutan pertama, dan rangking dua itu BKSDA Jawa Barat. Pendapatan per Januari 2018 mencapai kisaran Rp.29,1 miliar” ungkap Sudiyono.
Menurutnya, capaian itu merupakan hasil yang cukup positif mengingat satu-satunya sumber potensi yang diandalkan hanya dari wisata Taman Nasional Komodo sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan nasional.
“Kita bersyukur karena meskipun destinasinya di kabupaten yang lokasinya terpencil tetapi dapat mengungguli tingkat provinsi seperti BKSDA Jawa Barat yang ada di ranking dua yang memiliki banyak sumber, seperti lembaga konservasi, kebun binatang, wisata puncak, dan taman-taman wisata” katanya.
Lebih jauh dikatakan, pendapatan TNK yang diperoleh itu hanya mengandalkan hasil penjualan tiket wisatawan yang masuk ke pulau-pulau di dalam TNK, tiket treking, selancar dan menyelam. TNK mencatat arus kunjungan wisatawan selama 2017 meningkat tajam mencapai lebih dari 120.000 orang, dengan 65% di antaranya adalah wisman. Menurutnya, meskipun destinasi utama hanya TNK namun arus kunjungan wisatawan yang membeludak membuat kontribusi pajak untuk negara juga naik signifikan. Sudiyono nyatakan tidak ragu bahwa wisata komodo sebagai salah satu keajaiban dunia (new seven wonders) itu telah mendunia dan jadi salah satu destinasi favorit wisman dan wisdom.***LIES/Kug/Maritim