Jakarta, Maritim
Untuk mendorong peningkatan daya saing industri nasional di pasar global perlu dilakukan kegiatan perekayasaan, invensi dan inovasi teknologi secara berkelanjutan.
Pasalnya, industri nasional saat ini tengah dituntut untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi, agar mampu bersaing dan bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri. Di mana, hal itu sejalan dengan masuknya era perdagangan bebas, yang antara lain membawa dampak terhadap serbuan produk impor.
“Untuk itu, implementasi Raodmap Making Indonesia 4.0 adalah strateginya, sehingga kita siap menghadapi revolusi industri generasi keempat. Di mana, salah satu aspirasi nasional pada peta jalan itu, adalah menetapkan target Indonesia masuk dalam jajaran sepuluh negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2030,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, pada acara ‘Innofest ID 2018’, yang bertema ‘Building Innovation Ecosystem for Making Indonesia’, di Jakarta, Selasa (24/7).
Menurut Menperin, pemerintah kini tengah memacu pengembangan industri nasional, agar lebih berdaya saing global melalui berbagai instrumen. Baik berupa kebijakan atau dukungan sarana dan prasarana.
Guna merealisasikan hal itu, tidak cukup mengandalkan pertumbuhan ekonomi secara organik, tapi diperlukan terobosan di bidang industri yang memanfaatkan perkembangan teknologi terkini.
Salah satu wujud dalam memberikan dukungan kepada perekayasaan, inovasi dan invensi teknologi itu, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ngakan Timur Antara, adalah memberikan Penghargaan Rintisan Teknologi Industri (Rintek) 2018 bagi 11 perusahaan di dalam negeri.
Tujuannya, ujar Ngakan, untuk meningkatkan semangat para industriawan agar selalu berinovasi dan mengembangkan teknologi dalam meningkatkan kualitas produk kepada konsumen. Sehingga di ujungnya, produk nasional mampu berdaya saing di pasar domestik dan internasional.
Untuk kategori utama, penghargaan Rintek 2018 diberikan kepada enam perusahaan, yakni PT Hariff Daya Tunggal Engineering. Dengan judul inovasi teknologi Battlefield Management System (BMS) CY-16H. PT Rekayasa Industri (PPGM CPP Donggi Kemandirian EPC Nasional dalam Membangun Energi Bangsa dan PT Pura Agro Mandiri (Mesin CAS Sebagai Solusi Pengendali Harga Produk Pertanian).
Selanjutnya, PT Surya Marga Luhur (Optimisasi Kinerja Custom Chiller dan Peningkatan Konservasi Energi melalui Inovasi Kondensor dan Evaporator), PT Aimtopindo Nuansa Kimia (Teknologi Bio-Surfactant untuk Meningkatkan Produksi Minyak Pada Sumur Tua) dan PT S Three Technologies Indonesia (Ezomix Mortar Berpori Kedap Air).
Sedangkan kategori unggulan diberikan kepada lima perusahaan meliputi PT Astra Otoparts, Tbk. – Divisi Engineering Development Center dengan judul inovasi teknologi Lokalisasi Desain dan Manufaktur Kursi Kendaraan Bermotor Roda 4 serta PT Rekadaya Multi Adiprima (Pemanfaatan Serat Alam Sabut Kelapa untuk Produk Cover Baterai pada Kendaraan Roda Empat).
Selanjutnya PT Pupuk Kalimantan Timur (Pilot Plant NPK Fusion), PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (Simulator Mesin CNC) dan PT Utomodeck Metal Works (Produksi Atap dengan Mobile System Jilid III).
Hingga kini, penghargaan telah diberikan kepada 40 perusahaan industri dengan 53 inovasi teknologi yang dihasilkan.
Jika Indonesia jadi sepuluh besar ekonomi dunia pada 2030, mampu mengembalikan angka net export Indonesia sebesar 10%, atau 13 kali lipat dibandingkan saat ini yang hanya 0,8%. Peningkatan produktivitas tenaga kerja sebesar 2 kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja dan setidaknya 2% dari GDP dapat dialokasikan bagi aktivitas R&D teknologi dan inovasi. (M Raya Tuah)