JAKARTA – MARITIM : Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari sisi peranan terhadap total impor non migas Januari-September 2019,sumbangan tertinggi diberikan kelompok negara ASEAN sebesar 19,66% (US$21.680,2 juta) diikuti Uni Eropa 8,44% (US$9.305,3 juta). Sementara 13 negara utama memberi peranan 79,25% (US$87.378,7 juta). Tiongkok masih jadi negara asal impor terbesar dengan peranan 29,25% (US$32.345,3 juta).
Sebaliknya dibanding periode sama 2018, nilai impor Januari-September 2019 dari 13 negara utama turun 6,92% (US$6.499,3 juta). Penurunan terutama disumbang Jepang US$1.482,8 juta (11,14%), Thailand US$1.142,6 juta (13,92%) dan Singapura US$809,6 juta (10,92%).
Selama September 2019 total nilai impor non migas dari 13 negara US$10.092,3 juta atau naik US$11,1 juta (0,11%) dibanding Agustus 2019. Karena naiknya nilai impor dari beberapa negara utama seperti Tiongkok US$142,6 juta (3,82%), Korea Selatan US$74,8 juta (13,03%) dan Malaysia US$60,7 juta (13,26%).
Dibanding bulan sebelumnya, selama September 2019 nilai impor golongan barang konsumsi dan barang modal naik 3,13% (US$42,7 juta) dan 4,80% (US$118,9 juta). Sebaliknya golongan barang bahan baku/penolong turun 0,70% (US$72,7 juta).
Sementara nilai impor ketiga golongan pengguna barang ekonomi Januari-September 2019 turun 9,12% (US$12.661,1 juta) dibanding periode sama 2018. Penurunan terdiri dari barang konsumsi US$1.121,1 juta (8,77%), bahan baku/penolong US$10.633,9 juta (10,22%) dan barang modal US$906,1 juta (4,13%).
Nilai neraca perdagangan Indonesia September 2019 defisit US$160,5 juta karena defisit sektor migas US$761,8 juta, walaupun sektor non migas mengalami surplus US$601,3 juta. (Jum)