Supriyadi Terpilih Jadi Ketum HIMKI Periode 2020 – 2023

Ketum HIMKI yang baru Supriyadi saat memberi sambutan

JAKARTA-MARITIM : Supriyadi akhirnya terpilih jadi Ketua Umum HIMKI yang baru menggantikan Soenoto dalam Munas HIMKI ke 2 di Cirebon pada 18-19 Agustus 2020.

Acara kali ini mengambil tema “Membangun Organisasi yang Solid, Mandiri dan Bersih sebagai Syarat Bisa Akselerasi dalam Era Perubahan”. Supriyadi sebelumnya menjabat Dewan Penasehat DPP HIMKI di era kepengurusan Soenoto.

Saat pidato perdana, Supriyadi mengucapkan terima kasih ke pengurus dan anggota HIMKI yang mempercayakan pimpinan HIMKI berikutnya ke dirinya.

“Saya bertekad menjadikan HIMKI kapal yang lebih besar merangkul semua piha. Membuat DPD-DPD jadi lebih kuat dan kemandirian financial organisasi,” katanya.

Sebagai nakhoda di HIMKI, Supriyadi didampingi Waketum Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga Abdul Sobur, Waketum Bidang Promosi, Pemasaran dan Hubungan Internasional Djudjuk dan Waketum Bidang Pembinaan UKM & Kewirausahaan Yakub. Kemudian Waketum Bidang Pengembangan Desain Produk Satori, Waketum Bidang Produksi dan SDM Maskur serta Sekretaris Jenderal Heru Prasetyo.

Menurut Supriyadi, pihaknya akan terus mendorong daya saing produk mebel dan kerajinan di pasar dalam negeri dan luar negeri. Di sisi lain, HIMKI melakukan pengembangan dan penguatan industri mebel dan kerajinan nasional.

Meliputi terjaminnya keberlangsungan supply bahan baku dan penunjang, desain dan inovasi produk, peningkatan kemampuan produksi, pengembangan SDM, promosi dan pemasaran serta pengembangan kelembagaan agar dapat memberikan kontribusi nyata bagi industri mebel dan kerajinan nasional.

Bagi HIMKI, industri mebel dan kerajinan nasional merupakan bantalan ekonomi yang kuat saat ini. Yakni tetap eksis memberi devisa negara dengan local content yang cukup besar.
Tetap optimistis

“Kami optimistis industri ini akan terus mengalami pertumbuhan, dengan potensi SDA dan SDM yang dimiliki, Indonesia bisa jadi leader di Kawasan Regional ASEAN,” ungkapnya.

Namun kebijakan kontraproduktif SVLK yang dibuat pemerintah membuat industri ini kurang berkembang. Sehingga harga bahan baku kayu tak kompetitif dibanding pesaing Malaysia dan Vietnam. Karena untuk mengurus SVLK dan beberapa ijin pendukungnya butuh biaya sangat besar. (Muhammad Raya)

 

 

 

Teks foto : Ketum HIMKI yang baru Supriyadi saat memberi sambutan

Related posts