Ngeri, 2030 Kebutuhan Garam Impor Diproyeksikan Mencapai 10 Juta Ton

Ketua Umum AIPGI Tony Tanduk

JAKARTA-MARITIM : Ngeri. Kebutuhan garam industri di dalam negeri diproyeksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini saja, penggunaan garam tersebut mencapai 4,461 juta ton per tahun. Bahkan, jumlah itu bakal meningkat lebih banyak lagi pada 2025 yang mencapai 7.juta ton.

“Sementara pada 2030, kami memproyeksikan kebutuhan itu akan mencapai 10 juta ton,” kata Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), Tony Tanduk, dalam satu webinar bertema ‘Mampukah Indonesia Swasembada Garam?”, di Jakarta, kemarin.

Read More

Menurutnya, peningkatan angka tersebut terjadi karena semakin naiknya permintaan dari setiap sektor dalam menyerap garam impor. Misalnya, pada kondisi normal, pertumbuhan industri kimia mencapai 5-6%. Kemudian pertumbuhan industri aneka pangan 7-8%. Pertumbuhan industri lainnya 4-5% dan pertumbuhan di sektor konsumsi 3%.

Alasannya, lanjutnya, karena penggunaan dan kebutuhan garan tersebut adalah sebagai bahan baku (olahan) yang akan terus meningkat. Terutama pada industri aneka pangan yang merupakan andalan ekspor. Kemudian industri petrokimia chlor-alkali.

“Pertimbangan lainnya, karena ada rencana investasi baru pada industri soda abu (Na2Co3) sekitar 1 juta ton yang membutuhkan garam lebih dari 1 juta ton,” hitung Tony.

Lantas untuk menjawab tema ‘Mampukah Indonesia Swasembada Garam, sambungnya, tergantung pada beberapa faktor fundamental. Karena hal ini sangat penting untuk dipenuhi seperti ketersediaan lahan, skala keekonomian, produktivitas dan infrastruktur.

“Jika semua ini sudah terpenuhi, maka akan tercipta daya saing, mutu, harga dan kontinuitas suplai,” urai Tony.

Sementara di kesempatan sama, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marinves, Safri Burhanuddin, mengatakan pada 2020 PT Garam dan garam rakyat hanya mampu memproduksi sebanyak 1,3 juta ton. (Muhammad Raya)

Related posts