JAKARTA – MARITIM : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan dan Pemko Singkawang menyelenggarakan Market Sounding Proyek Pembangunan Bandara Singkawang, Kalimantan Barat, di Jakarta (Senin, 07/10).
Proyek ini bertujuan untuk mendorong kegiatan perekonomian di berbagai sektor dan membuka akses Kota Singkawang ke kota-kota lain di Indonesia dan mancanegara. Selain itu, diharapkan akan mendatangkan multiplier effect meningkatkan pembangunan daerah, khususnya di Kota Singkawang secara umum.
Kepala BKPM, Thomas Lembong, dalam sambutannya menyampaikan bahwa akselerasi pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah sesuatu yang harus dilakukan di tengah kompetisi regional yang terus meningkat, dimana negara-negara tetangga sangat agresif dalam memacu pembangunan infrastruktur.
Contohnya, Thailand saat ini tengah gencar membangun Eastern Economic Corridor melalui pembangunan jaringan kereta cepat yang menghubungkan wilayah selatan Thailand. Kegiatan itu melibatkan pihak swasta dari negara lain, di antaranya Tiongkok, Jepang dan Eropa.
“Pembangunan infrastruktur tidak lagi harus bergantung pada anggaran pemerintah. Sehingga dengan adanya skema KPBU diharapkan jadi terobosan dalam percepatan pembangunan infrastruktur. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, prinsip manajemen dalam suatu pembangunan harus bersifat fokus dan detail, sehingga dalam konteks pembangunan infrastruktur perlu dilakukan prioritasi infrastruktur yang selektif, pengawalan, sampai terealisasi,” jelasnya.
Proyek Bandara Singkawang memiliki total investasi sebesar Rp4,3 triliun terdiri dari CAPEX sebesar Rp1,7 triliun dan OPEX sebesar Rp2,6 triliun. Skema yang digunakan Design, Build, Finance, Operate, Maintenance dan Transfer (DBFOMT).
Cakupan kerja sama, antara lain pembangunan fasilitas sisi darat, sisi udara dan fasilitas penunjang, operasional badan usaha bandar udara (BUBU) serta pemeliharaan aset proyek. Mekanisme pengembalian investasi melalui user charge yang berasal dari tarif layanan pengguna jasa fasilitas bandara selama masa konsesi 32 tahun.
Menhub, Budi Karya Sumadi, menyampaikan pihaknya terus mendorong implementasi KPBU dalam proyek sektor perhubungan. Percepatan pembangunan infrastruktur tidak mungkin hanya mengandalkan dana APBN.
Penggunaan anggaran pemerintah hanya sebagai stimulus dalam membangun infrastruktur. Secara khusus pada sektor kebandarudaraan, hal ini telah dimulai pada proyek KPBU Bandara Komodo di Labuan Bajo yang mendapatkan animo tinggi dari pelaku usaha nasional maupun mancanegara. Proyek tersebut telah memasuki tahapan penentuan pemenang lelang.
“Berbeda dengan proyek KPBU Bandara Komodo, Bandara Singkawang merupakan proyek KPBU bandara green field pertama yang ditawarkan Kemenhub. Proyek Bandara Singkawang juga jadi contoh konkrit pemerintah yang terus mendorong infrastruktur di luar Pulau Jawa atau tidak Jawa sentris. Karena itu, Kemenhub akan terus mendorong kelancaran proses ini,” ungkapnya.
Walikota Singkawang, Tjhai Cui Mie, meyakinkan para investor Singkawang sebagai kota terbesar kedua di Kalimantan Barat dan paling toleran berdasarkan Indeks Kota Toleran Tahun 2018 yang diterbitkan oleh SETARA Institute.
Di samping itu, memiliki banyak potensi investasi, antara lain pariwisata, perdagangan, industri dan sektor lainnya. Sehingga dibutuhkan infrastruktur bandara yang memadai untuk mendukung potensi investasi tersebut.
Menurutnya, sektor pariwisata juga menunjukan tren positif, dilihat dari jumlah wisatawan yang terus meningkat. Pada 2018 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Singkawang 721.967. Selain itu, Kota Singkawang memiliki peran penting sebagai pusat distribusi perdagangan dan jasa di bagian utara Kalimantan Barat, yang meliputi Kabupaten Bengkayang, Sambas dan Kabupaten Mempawah.
“Pembangunan Bandara Singkawang akan mendukung perkembangan Kota Singkawang serta meningkatkan konektivitas dan aksesbilitas ke pusat-pusat kegiatan ekonomi. Proyek lain juga akan banyak dibangun, seperti pengembangan Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah, Pembangkit Listrik Bengkayang I, Pembangkit Listrik Bengkayang II dan Pembangkit Listrik Mempawah serta melalui pembukaan perbatasan Indonesia-Malaysia di Aruk-Sambas yang telah membuka lebih banyak akses langsung ke wilayah Singkawang, Bengkayang dan Sambas,” katanya. (Jum)