YOGYAKARTA-MARITIM : Peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), merupakan kunci untuk memenangkan kompetisi di tengah era persaingan global saat ini, terutama dalam menghadapi perkembangan revolusi industru 4.0. Terkait dengan itu, maka diperlukan langkah strategis untuk mengakselerasi penyediaan tenaga kerja yang trampil sesuai kebutuhan dunia industri, yakni melalui penyelenggaraan program pendidikan vokasi.
Saat ini, Tanzania merupakan negara kedua di Afrika yang memiliki populasi hewan ternak sapi dan kambing yang cukup banyak setelah Ethiopia, namun industri kulit dan penyamakan kulitnya sama sekali belum berkembang dan terbangun. Penyebabnya, karena tidak diimbangi dengan ketersediaan SDM yang kompeten pada industri kulit dan penyamakan kulitnya, sehingga diperlukan adanya berbagai pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi setiap tenaga kerjanya.
Sehubungan dengan itu, maka mulai 24 Oktober 2022-4 November 2022, dilakukan pelatihan kulit bagi 30 peserta asal Tanzania. Waktunya mulai jam 8-16 waktu Tanzania atau jam 12.00-20.00 waktu Indonesia. Pelaksanaan dilakukan secara hybrid dari Kampus Politeknik ATK Yogyakarta-Jakarta-Dar Es Salam. Sekaligus merupakan kerja sama dari 3 negara, yaitu Indonesia, Tanzania dan Jerman.
Adapun 30 peserta pelatihan itu berasal dari UDSM, SUA DIT Mwanza, TBS DSM, TIRDO, SIDO Mwanza, SIDO Kilimanjaro, SIDO Kigoma, MUCE, LAT, KIWANGO, KLICL, LECODA, dan VETA Dodoma serta 11 peserta asal Indonesia. Yakni PT Adi Satria Abadi, CV Guna Karya Mandiri, PT AMSA Mulia Bersama, Lox Manleather, CV Dwi Manunggal Abadi, CV Kulit Jogja Kurnia, LPK Langgeng Mulyo, Kulit Satrio 2000, Kulit TB1 dan CV Reka Prima Pratama.
Hadir pada kesempatan pembukaan pelatihan Direktur Politeknik ATK Yogyakarta Sugiyanto selaku tuan rumah, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri BPSDMI Kemenperin Restu Yuni Widayati, Kepala Biro Kerja Sama Teknis Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara Noviyanti, Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional Kementerian Luar Negeri Maria Renata Hutagalung, Penasehat Utama/Principal Advisor of SDGs SSTC Project GIZ Indonesia Zulazmi, Lugano Wilson dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Republik BersatuTanzania, Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Strategis dan Internasional Indonesia Medelina Hendytio, pesarta kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular Pelatihan Pendidikan Teknik dan Kejuruan (TVET) Pengolahan Kulit serta para narasumber dan fasilitator lainnya serta Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI).
Saat memberikan sambutan, Direktur Politeknik ATK Yogyakarta, Sugiyanto, mengucapkan terima kasih kepada semua institusi, yakni Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, Direktorat Kerja Sama Pembangunan Internasional, Kementerian Luar Negeri dan Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri, Kementerian Perindustrian. Kemudian Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, Kementerian Perindustrian, SDGs SSTC, GIZ Indonesia, Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Tanzania, DIT Mwanza, Tanzania, Kedutaan Besar Indonesia, Tanzania, Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI), CV Fajar Makmur Leather dan CV Guna Karya Mandiri Leather yang telah memberikan dukungan sampai terselenggaranya acara ini.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua dosen pembimbing/instruktur, baik dosen dari Politeknik ATK Yogyakarta atau beberapa ahli kulit, juru bahasa, dan penyelenggara yang telah mendukung penuh pelaksanaan acara ini,” ucap Sugiyanto.
Menurutnya, sertifikat keikutsertaan akan diserahkan kepada peserta yang dapat mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir.
“Saat ini, kulit dari Tanzania belum masuk kategori ekspor, terutama pada proses pengolahannya. Karena itu industri kulitnya masih perlu pembenahan lagi ke depannya. Apalagi, Politeknik ATK Yogyakarta merupakan unit pendidikan vokasi yang menerapkan model pendidikan dual system yang berbasis kompetensi,” urai Sugiyanto.
Kerja sama KSST dengan Indonesia, khususnya Kemenperin, telah dilakukan sejak 2010. SSTC TVET telah berjalan di 2 kampus di bawah Kemenperin, yaitu Politeknik STTT Bandung dan Politeknik ATK Yogyakarta, sedangkan negara penerima manfaat adalah Myanmar dan Laos terkait Teknologi Tekstil dan Alas Kaki.
Politeknik ATK Yogyakarta, merupakan satu-satunya politeknik di Indonesia yang mengkhususkan diri pada pengolahan kulit. Kampus ini telah berdiri selama 68 tahun, dan telah melahirkan banyak pekerja dan pengusaha di bidang pengolahan kulit dan terlibat dalam penciptaan berbagai produk, seperti jaket, sepatu, tas, dan sarung tangan yang tidak hanya mengikuti standar nasional tapi juga internasional.
Sugiyanto menambahkan, pelatihan penyamakan kulit ini merupakan pelatihan pendahuluan. Untuk memperoleh kompetensi yang utuh, perlu dilanjutkan dengan pelatihan teknis offline atau luring, bagi 6 peserta asal Tanzania di Politeknik ATK Yogyakarta.
Kerja Sama Triangular
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokali Industri BPSDMI Kemenperin, Restu Yuni Widayati, menjelaskan kerja sama Triangular telah dilakukan sejak lama dan efektif dalam berbagi ketrampilan dan pengetahuan antar negara. Terdiri tiga peran berbeda, yakni pertama Mitra Penting. Mitra penting adalah mitra yang telah membuktikan pengalaman dan berbagi sumber daya, pengetahuan, dan keahlian melalui kerja sama segitiga/triangular. Dalam kerja sama ini, Indonesia menjadi negara yang sangat penting dalam mentransfer ketrampilan dan pengetahuan dalam pengolahan kulit.
Kedua, Mitra Penerima Manfaat. Hal ini merupakan target hasil pembangunan yang ingin dicapai sesuai dengan prioritas dan kebutuhan pembangunan nasionalnya. Dalam kerja sama ini, negara penerima manfaat adalah Tanzania. Ketiga, Mitra Pembina. Ini membantu menghubungkan negara dan organisasi untuk membentuk kerja sama segitiga. Dalam kerja sama ini, negara yang memfasilitasi adalah Jerman.
“Negara-negara yang terlibat bertanggung jawab atas proses dan hasil akhir dari inisiatif ini. Karena itu, mereka bersama-sama merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program TVET KSST ini,” katanya.
Restu berharap, program ini dapat mempererat hubungan baik antar negara dan membawa hal-hal baik bagi semua pihak yang terlibat. Termasuk di antaranya menjadi awal berdirinya Politeknik ATK Yogyakarta sebagai Pusat Keunggulan di bidang Teknologi Pengolahan Kulit, tidak hanya di tingkat nasional tapi juga internasional.
Sedangkan Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara, Noviyanti, mengatakan pelatihan ini akan menjadi embrio untuk kerja sama lebih lanjut dalam waktu dekat. Yakni melalui mekanisme berbagai pendekatan/multi-approach, program multiyears, multicountry beneficiaries, dan multi area berdasarkan kebutuhan dan sumber daya kita bersama.
Apalagi, Politeknik ATK Yogyakarta memiliki sejarah panjang dalam memberikan pendidikan kulit di Asia Tenggara. Center Of Excellence (CoE)/Pusat Keunggulan ini dikenal dengan metode pengajaran khusus untuk mempersiapkan SDM kompeten dan berkualitas sesuai kebutuhan industri kulit.
Sementara itu, Neni Marlina selaku Advisor for SSTC GIZ supported SDGs Project dan rombongan berkesempatan melihat dari dekat Kampus Politeknik ATK Yogyakarta di Jalan Ateka, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Didampingi Direktur Politeknik ATK Yogyakarta Sugiyanto dan “Punggawa” Industri Penyamakan Kulit Indonesia Sofwan Siddiq selaku alumni Politeknik ATK Yogyakarta, rombongan melanjutkan perjalanan ke beberapa alumni Politeknik ATK Yogyakarta yang sukses mengembangkan industri kulit dan penyamakan kulit di Yogyakarta hingga kini.
Mereka adalah Direktur CV Guna Karya Mandiri, Baryanti dan Budi Purwoko selaku Direktur PT Adi Satria Abadi yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI). Kedua tokoh ini ditemui di kantornya masing-masing di Kawasan Industri Penyamakan Kulit Yogyakarta di bilangan Desa Banyakan, Sitimulyo, Piyungan.
Para alumni Politeknik ATK Yogyakarta itu kini sukses mengembangkan industri kulit dan penyamakan kulit masing-masing. Bahkan, Baryanti mengaku, dirinya kini memiliki omzet penjualan hingga Rp600 juta. Termasuk pengembangan produk bermerek “Northy” yang mulai merangkak naik.
“Kami berharap, dengan adanya kerja sama pelatihan dengan Tanzania ini, kita ke depan dapat memperoleh kulitnya untuk dikembangkan di dalam negeri,” pinta Budi. Berharap dari kerja sama pelatihan ini. (Muhammad Raya)