BAU-BAU-MARITIM : Penjabat (PJ) Walikota Bau-Bau, Dr H Muhammad Rasman Manafi SP MSi, menyatakan apresiasinya pada Kementerian Perindustrian (Kemenperin), karena telah berhasil menyelesaikan tugas yang cukup strategis membuat “Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton” pada 7 November 2024 lalu. Di mana aspal Buton (asbuton) adalah salah satu komoditas strategis sekaligus bentuk komitmen pemerintah untuk menjadikannya tulang punggung kebutuhan aspal nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor.
“Terkait hal itu, sepertinya juga perlu dibentuk satu kelembagaan baru setingkat kementerian koordinator (menko) untuk menanganinya. Mengingat kementerian teknis dipastikan hanya akan mengeluarkan aturan-aturan yang bersifat teknis pula dan boleh jadi belum sinergi dengan kementerian lainnya. Sehingga diperlukan adanya menko ke depannya,” ungkapnya, saat menerima kunjungan rombongan Kemenperin yang dipimpin Kasubag Tata Usaha Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT), Igun Gunarsih bersama dua pranata Humas dan tiga wartawan Forum Wartawan Industri (Forwin), Ketua Umum Aliansi Pengembang Aspal Buton Indonesia (Aspabi), Dwi Putranto serta pihak dari Institut Riset KICT Korsel sebanyak tiga orang ditambah satu penerjemah, di rumah jabatan (Rujab) Walikota Bau-Bau, di Kota Bau-Bau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (5/12).
Menurut Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Koordinator Bidang Pangan, adanya satu kelembagaan baru berupa menko perlu dilakukan untuk memudahkan berkoordinasi antar kementerian dan lembaga. Sehingga menko ini akan menaungi kementerian dan lembaga terkait lainnya.
“Saya kira yang pertama “Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton” ke depannya perlu terus didorong, karena merupakan salah satu langkah yang sangat maju untuk mempersiapkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya nasional secara optimal. Terutama hilirisasi dari asbuton tersebut,” ujar Rasman.
Yang kedua, lanjutnya, komoditas asbuton ini adalah sumber mineral yang menjadi salah satu unggulan prioritas nasional yang perlu dihilirisasi seperti yang dimintakan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Saya kira apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto sudah selaras sekali dengan isi “Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton” yang dikeluarkan oleh Kemenperin,” katanya.
Yang penting, ungkap Rasman, asbuton ini tidak hanya dipandang untuk dikerjakan pada satu komoditas saja, yaitu sebagai pembuat aspal jalan, akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk sektor lain. Mungkin sebagai bahan pertahanan keamanan, bahan bakar, bahan bangunan. Bahkan untuk membuka konektivitas wilayah dan memberikan kontribusi pada sektor-sektor lainnya.
“Saya kira asbuton ini harus dieksplorasi lebih dalam lagi dan lebih jauh lagi untuk pemanfaatannya sehingga lebih banyak lagi manfaatnya bagi bangsa ini,” ujarnya.
Terkait swasembada aspal nasional, Rasman mengatakan, pihaknya sangat optimistis dengan dua alasan utama.
“Alasan pertama, asbuton sumber daya alamnya tersedia dan ada di negeri kita serta sudah lama dimanfaatkan hanya saja belum optimal. Bahkan industrinya juga masih sangat minim. Yang kedua, karena Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan bahwa mineral asbuton ini sangat strategis untuk dikembangkan dan tinggal langkah ke depan yang harus kita lakukan seperti tidak hanya berhenti pada terbitnya road map, tapi bisa dibuatkan regulasi yang lebih tinggi lagi yakni undang-undang dan peraturan presiden yang bisa memerintahkan pada semua sektor untuk memanfaatkan asbuton,” urainya.
Sedangkan sektor atau kementerian yang bisa dirangkul adalah Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM) atau kementerian terkait lainnya.
“Di sinilah perlu adanya kementerian koordinator yang mempersiapkan semuanya. Karena kementerian teknis pasti hanya memiliki aturan-aturan yang bersifat teknis dan boleh jadi belum sinergi dengan kementerian lainnya sehingga diperlukan adanya menko,” ucap Rasman, yang menyebutkan, asbuton dapat dimanfaatkan juga sebagai waterproof, bata ringan dan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
24 IUP
Pada hari kedua kunjungan, rombongan Kemenperin juga berkesempatan meninjau areal pertambangan Lawele, yang memiliki cadangan asbuton sekitar 200 juta ton. Setelah itu, berlanjut melihat dari dekat tiga perusahaan yang memanfaatkan asbuton, seperti PT Kartika Prima Abadi (KPA), PT Wijaya Karya (Wika) Aspal dan PT Putindo Bintech.
Ketua Umum Aspabi, Dwi Putranto, mengatakan hingga kini Kementerian ESDM telah menerbitkan total sebanyak 24 izin usaha pertambangan (IUP) sejak tahun 2000, dengan masing-masing lokasi di Lawele, Kabungka, Rongi di Buton Selatan dan di Buton Utara.
“Jadi sudah ada tiga lokasi tambang yang dieksplorasi. Yang belum dieksplorasi masih banyak terutama di Buton Utara. Di lokasi Lawele diperkirakan cadangan asbuton mencapai 200 juta ton. Namun yang sudah dieksplor masih kecil tidak lebih dari satu persen. Beberapa lokasi sudah dieksplorasi tapi belum besar-besaran. Kami ingin menunjukkan bahwa kalau Indonesia itu punya cadangan asbuton yang sangat besar sekali, lalu ngapain lagi sih kita ini mau impor. Apalagi, kita punya kadar aspal yang sangat tinggi, lebih tinggi dari aspal biasa. Ukurannya, kita punya yang performance graded (PG) 70 dan itu sudah termasuk kelas high grade. Kalau aspal biasa, aspal minyak, itu PG-nya hanya 58. Dua grade di bawah ini. Jadi semua jalan di Indonesia itu adalah dua grade di bawah asbuton,” urai Dwi.
Jadi sebenarnya, sambungnya, ini hendaknya menjadi kerja nasional dan bukan hanya kerja Kemenperin dan Pekerjaan Umum saja. Di sisi lain, infrastruktur untuk pengembangan asbuton juga harus dibuat sebelum asbuton akan dieksplor secara besar-besaran.
Menyoal IUP yang belum melakukan eksplorasi, menurut Dwi, karena permintaan dari dalam negeri yang tidak ada. Padahal, kebutuhan nasional asbuton mencapai 1,2 juta ton per tahun, di mana 80% (1 juta ton) masih impor dan 20% lagi di suplai oleh Pertamina Cilacap.
“Karena itu perlu sinergitas antar kementerian dan semua ikut mengeroyok ini termasuk peran dinas provinsinya,” tandas Dwi, yang menyebutkan, antara lokasi asbuton dengan Pelabuhan Nambo hanya berjarak 3 km.
Dwi, yang akrab di sapa Toto, menjelaskan di pabrik PT KPA jumlah karyawannya mencapai 300 orang, di mana sebanyak 80% berasal dari masyarakat sekitar Lawele dan berdekatan dengan lokasi pabrik. Sehingga keberadaan pabrik membawa benefit pada masyarakat sekitar.
“Akan menjadi lucu kan kalau kita memperjuangkan aspal impor, yang tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 0%. Berarti kan duit kita dibawa ke luar negeri. Boro-boro duitnya untuk masyarakat di sini (Lawele-red). Padahal, pabrik ini penyerapan lokalnya tinggi, TKDN mencapai 82,39%, mutunya bagus dan harganya lebih murah, tapi tetep saja tidak dipakai. Susah kan,” ungkapnya.
Ditambahkan, kapasitas terpasang PT KPA mencapai 100 ribu per tahun (atau 8 ribu per bulan). Tapi saat ini kapasitas terpasang pabrik baru 2.500 per bulan. Targetnya tahun depan 5 ribu per bulan.
Indonesia sampai September 2024 mengimpor sebanyak 650 ribu ton dari Singapura sebanyak 80%, umumnya impor dari Timur Tengah.
Menjual ke China
Pada lokasi berbeda, Kepala Teknik Tambang PT Wika Aspal, Agung Purnomo, saat ditemui mengatakan tidak berproduksinya Wika Aspal selama 1,5 tahun karena pihaknya sedang intens mengirim raw material asbuton ke China. Hal ini dilakukan untuk bertahan hidup sekaligus untuk memenuhi operasional perusahaan dan karyawan sambil menunggu hilirisasi industri ini dapat berjalan dengan baik.
“Kami menjual raw material asbuton ke China untuk memenuhi operasional perusahaan dan karyawan sebanyak 100 ribu ton pada tahun 2024 dan 175 ribu ton pada tahun 2023,” terang Agung.
Ia berharap, asbuton ini dapat menjadi primadona di negeri sendiri dan bisa digunakan untuk jalan kabupaten atau jalan nasional, sehingga industri asbuton bisa bangkit kembali dan perusahaannya dapat menerima pesanan lagi.
“Apa yang kami lakukan ini karena tidak adanya permintaan dari dalam negeri,” ucapnya, yang mengaku, saat ini jumlah karyawannya tinggal15 orang, tapi jika sudah berproduksi jumlahnya bisa membengkak jadi 120 orang.
Wika Aspal mendukung penuh “Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton” yang diterbitkan Kemenperin.
Wika Aspal saat ini memiliki kapasitas terpasang 20 ribu per tahun dengan utilisasi 0%. Produk Wika Aspal dipakai oleh Sumitama Inti Nusa asal Surabaya dengan kontrak 10 ribu ton per tahun. Tapi pada kontrak lalu hanya terealisasi 6 ribu ton karena pihak Sumitama tidak bisa menjual kembali asbuton. Wika Aspal memiliki lokasi asbuton di daerah Kabungka seluas 315 ha dengan cadangan 4 juta ton yang sudah terbukti.
Sementara saat meninjau pabrik PT Putindo Bintech, tampak dari kejauhan tumpukan karung berisi asbuton butir yang siap dikirim ke China. Tak jauh berbeda seperti yang dilakukan oleh Wika Aspal. Namun ada yang untuk konsumsi lokal dikirim ke Kendari, Kupang dan Pulau Jawa.
Menurut Sriyanto, Plan Manager PT Putindo Bintech, pihaknya selama ini memproduksi asbuton BRA dan LGA dalam karung dengan stok 1.500 ton untuk ekspor dan konsumsi dalam negeri. Dengan harapan dapat di serap seluruhnya oleh pasar lokal maupun ekspor.
Terkait mesin produksi yang sedang shut down, Sriyanto mengakui itu.
“Kami memang berproduksi berdasarkan permintaan. Kalau tidak ada permintaan kami shut down mesin produksi. Namun jika ada permintaan, kami berproduksi kembali 80 ton per hari,” ungkapnya.
Sriyanto mengaku, berhentinya mesin produksi maka penjualan tidak ada, sehingga berdampak pada perusahaan dan karyawan yang harus tetap di gaji.
Saat ini karyawannya 99% berasal dari masyarakat Buton dengan sistem pekerjaan kontrak waktu tertentu (PKWT) sesuai kebutuhan. Bila sedang ada pekerjaan dapat diperkerjakan sebanyak 156 karyawan.
Pabrik ini berlokasi di Kancinaa dan rencananya Oktober 2025 akan mengirim asbuton butir ke China melalui Surabaya sebanyak 990 ton (finish good). Sarapan dalam negeri hanya 60 ton. Setahun bisa kirim ke China sebanyak tiga kali. (Muhammad Raya)