Dukung Ekspor, LPEI Resmikan Desa Devisa di Bali

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesli berbincang dengan delegasi negara Afrika
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesli berbincang dengan delegasi negara Afrika

JEMBRANA BALI – MARITIM : Mengacu pada keterangan resmi, akhir pekan lalu Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank meresmikan Desa Devisa di Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS), Jembrana, Bali. Koperasi ini berkegiatan usaha di sektor komoditi perkebunan kakao. Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly katakan bahwa desa devisa merupakan komunitas atau klaster tertentu yang berpotensi melakukan aktivitas produksi secara berkelanjutan. Harapannya desa tersebut dapat ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Kedepannya setelah Desa Devisa ini diresmikan, LPEI akan meneruskan pendampingan secara lebih mendalam dan berharap program ini nantinya secara nyata juga akan mampu berkontribusi terhadap Devisa Indonesia” jelas Direktur Eksekutif LPEI.

Read More

Pada kesempatan itu, dijelaskan bahwa pendampingan terhadap Koperasi KSS hingga menghasilkan sejumlah pencapaian, merupakan cikal bakal dari program Desa Devisa. Pendampingan telah dilakukan sejak tahun 2012, hingga mampu membantu Koperasi KSS untuk mendapatkan sertifikasi internasional untuk komoditas kakao, bantuan sarana produksi, serta sejumlah pelatihan terkait dengan ekspor.

Pada tahun 2015, Koperasi KSS akhirnya mampu melakukan ekspor perdana ke Prancis. Hingga tahun 2019 ini, Koperasi KSS secara konsisten mampu melakukan ekspor ke sejumlah negara seperti Belgia, Prancis, Rusia dan Inggris. Produk kakao Jembrana Koperasi KSS memiliki keistimewaan, karena produk terlebih dahulu melalui proses fermentasi yang terstandarisasi.

Sementara itu berdasar hasil kajian Institut Pertanian Bogor (IPB), pemilihan Koperasi KSS sebagai salah satu Desa Devisa dengan menggunakan beberapa aspek yang dijadikan indikator diantaranya adalah aspek produksi, aspek konsisten dan keberlanjutan produksi, aspek pengembangan masyarakat desa dan koordinasi antar lembaga, aspek koordinasi antar pemangku kepentingan desa devisa ekspor, aspek produsen dan manajerial, serta aspek infrastruktur dan sarana penunjang lain. Penyusunan kajian ini dilakukan oleh IPB sebagai salah satu anggota UNIED (University Network for Indonesia Export Development) dengan LPEI.

Memungkasi penjelasan, Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly menjelaskan program desa devisa nantinya dapat diimplementasikan di seluruh daerah Indonesia, hingga kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat ditopang oleh pengembangan produk unggulan daerah yang kedepannya dapat meningkatkan ekspor nasional.  (Adit/Dps/Maritim)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *