EKSPOR KTI TAK PERLU LEWAT SURABAYA


Surabaya, Maritim

DISEBABKAN oleh kurangnya infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia (KTI) selama ini, maka yang terjadi adalah ketergantungan sektor perhubungan (laut), terhadap fasilitas yang tersedia di kawasan lain. Contoh aktual adalah ekspor komoditas yang jadi kekuatan KTI, selama ini mayoritas dilakuka ewat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang diosisikan sebagai hub port bagi KTI. Ironisnya, disebabkan skedul pelayaran yang ditentuan oleh shippingline, untukpenirimn barang dari Sulawesi Selatan ke Papua,harus ditempuh lewat jalur: Makassar-Surabaya-Ambon-Jayapura, karena tak ada layanan pelyaran langsung dari Makssar ke Jayapura. Hal itu, buan saja tak sesuai dengan semangat membangun Tol Laut dari Pemeintah Jokowi-JK, tetapi juga menumbuhkan tingginya biaya logistik.
Mencermati kondisi yang sudah lama berlangsung itu, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)/Pelindo IV, terus berusaha untuk mengubah pola pelayaran itu, antara lain dengan meminta dukungan pemerintah daerah di KTI untuk mendorong ekspor langsung. Doso Agung, Direktur Utama Pelindo IV menerangkan, dukungan tersebut berupa kemudahan pengurusan dokumen seperti bea cukai serta hal lain terkait administrasi pelabuhan yang berkaitan dengan pemerintah daerah setempat. Ekspor langsung sendiri merupakan, barang atau jasa melalui eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor, dengan melakukan eksportasi melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan.
“Dengan melakukan ekspor langsung, akan menguntungkan pemerintah daerah setempat. Selama ini pengembangan melalui ekspor langsung masih kurang dukungan dari sisi soft infrastruktur atau dari sisi administrasi” ujar Dirut Pelindo IV dalam keterangannya, baru-baru ini.
Menurut Doso Agung, setidak-tidaknya terdapat delapan daerah di KTI yang memiliki potensi melaksanakan ekspor langsung, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Maluku, Papua serta Papua Barat. Contohnya, ungkap dia, Sulawesi Utara dengan potensi pariwisata yang cukup besar, punya keterkaitan dengan Sulawesi Selatan melalui pintu masuk pelabuhan. Katanya pula: “Hal itu baru dari sisi pariwisata. Untuk ekspor komoditas unggulan, pemerintah daerah Sulut yang berencana membuka kran ekspor dari Bitung ke Davao Filipina. Hal tersebut sejalan dengan rencana Pelindo IV yang pada thun-tahun terakhir ini melakukan pengembangan di pelabuhan utama, dengan tujuan melayani ekspor langsung tanpa harus lewat Tanjung Perak Surabaya atau Tanjung Priok Jakarta lagi”.
Doso juga berharap agar pemerintah daerah berkenan menerapkan kegiatan ekspor langsung mengandalkan pelabuhan-pelabuhan yang dikelola Pelindo IV dengan mewajibkan pengusaha melakukan kegiatan ekspor langsung. Pungkas Dirut Pelindo IV: “Kalau perlu, dari sisi usaha,untukelaku bisnis dibuatkan aturan wajib ekspor lewat plabuhan-pelabuhan yan berada di KTI. Sebagian besar dari pelabuhan-pelabuhan yang saat ini kami kelola, sudah cukup memingkinkan mmberi pelayanan direct ke negara-negara tujuan”.***ERICK A.M.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *