JAKARTA–MARITIM : Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat industri halal dunia, khususnya fashion halal yang kini sudah menjadi produk ekspor, penghasil devisa. Bahkan ditengah pandemi covid-19, produk fashion halal Indonesia optimis bisa menjadi penopang pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Demikian diakui,Desainer, Founder Fashion Brands & Pembina Industri Kreatif, Amy Atmanto, menjawab pertanyaan tabloidmaritim.com,
dalam diskusi yang digelar Forwada – Mikro Forum Syariah, Kamis, (24/06).
Dalam diskusi bertajuk “Industri Halal Jadi Trigger Pemulihan Ekonomi Nasional” Amy mengakui, untuk bisa sampai ke jenjang tersebut, pelaku bisnis dalam hal ini fashion halal tidak bisa jalan sendiri.Tapi, pemerintah harus mengambil peran penting, mengingat umumnya pelaku bisnis fashion halal, masih masuk kategori Usaha Menengah Kecil (UMK) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Peran pemerintah dalam menjadikan produk halal nasional sangatlah penting dan dibutuhkan,”ujarnya seraya mendesak
pemerintah agar lebih berperan untuk membuat kebijakan iklim kompetisi yang sehat.
Mengingat, tambah Amy, beberapa kendala hanya bisa diatasi melalui aturan dan kebijakan pemerintah. Sedangkan kendala dari pihak pengusaha yang juga desainer fashion halal Indonesia, terletak pada kurangnya inovasi, keterbatasan skill pemasaran dan persaingan usaha. Juga bahan baku yang masih harus import, dan kebanyakan usaha fashion masih mengandalkan dari hobby serta Kurangnya modal usaha.
“Pengusaha & Desainer pelaku industry modest fashion harus berinovasi beyond traditional line seperti Hijab, Abaya, Gamis,” ujarnya.
Itu sebabnya, untuk fashion halal ia menggunakan, istilah modest fashion. Ini untuk mendorong mindset desainer, untuk dapat mengexplore wilayah- wilayah kreatif beyond traditional moslem outfit. Dengan istilah ini kita tidak dibatasi oleh konsepsi umum tentang busana muslim (gamis,abaya,kaftan).
Dia juga berharap, outlet brand International di Indonesia bisa mengalokasikan space outletnya untuk produk modest fashion Indonesia.
“Harapannya bayangkan saja jika sebagai contoh product modest fashion Indonesia mendapat alokasi space di Zara Australia , Jerman, dan lainnya,” jelasnya.
Dikatakan, modesh fashion Indonesia masih bertengger di nomor 3 setelah UEA dan Turki, namun sektor ini diyakini dapat mendongkrak industri halal tanah air. Sedangkan trend global dalam pengeluaran untuk modest fashion halal dunia tertinggi adalah di Turki dengan total belanja 29 billion dollar, disusul UAE dengan spending 23 billion dollar dan Indonesia dengan total spending 21 billion dollar.
Sementara total world spending untuk pakaian muslim di tahun 2018 bertumbuh 4,8 persen dari 270 billion dollar menjadi 283 billion dollar. Di tahun 2024 diperkirakan spending untuk Moslem dan clothing apparel akan tumbuh sebesar 6 persen mencapai 402 billion dollar.
Mengutip State of the Global Islamic Economic Report – Driving the Islamic economy revolution 4.0, Amy menuturkan, Indonesia merupakan pasar domestic no 3 terbesar dengan 21 triliun dollar, selain itu, gaya desain Indonesia diterima di dunia. Karena itu dia yakin Industri halal termasuk didalamnya modish fasion, bisa menjadi pematik ekonomi nasional.
“Kita mendominasi pencarian googling dengan keyword “moslem fashion”, hasilnya Indonesia 77 persen, 15 persen Malaysia, dan sisanya Inggris, India dan negara lain. Ini membuktikan Indonesia mendominasi fasion muslim,” jelasnya.
Amy berharap prospek industry modest fashion di Indonesia dapat direalisasikan sampai munculnya UNICORN FASHION MOSLEM INDONESIA. Namun untuk itu dibutuhkan peran pengusaha fashion, investor, perbankan dan pemerintah.
“Pelaku Modest Fashion Indonesia harus mampu menarik minat para Angel Investor /investor melirik & berinvestasi di bidang Modest fashion agar tidak hanya berinvestasi pada start up di bidang aplikasi teknologi saja,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Life Center (HLC) mengugkapkan, modest fasion di Indonesia masuk 5 besar, tetapi sebagai negara konsumer, sementara negara eksportir tidak masuk 5 besar dan dalam Organization of Islamic Cooperation (OIC) Indonesia masih kalah dengan Banglades.
Modes Fasion tidak hanya IOC saja tetapi produk-produk sepeti hijab sudah diakui sebagai global fasion dan diakui band besar seperti Burberry, Gucci, Dolce,Nike, dan versace. “Bicara modist fasion tidak hanya baju atau hijab, HLC melakukan reset dan hasilnya ada 52 item dalam beauty bussines untuk wanita dan 31 item untuk pria,” katanya..
Sementara untuk produk halal food lanjutnya, negara non muslim masih menjadi penyuplai utama bahkan untuk negara-negara OIC. Peringkat pertama ekportir produk halal adalah Brazil, sejumlah 16,2 milyar dolar AS diikuti India dengan nilai ekport sebesar 14,4 milyar dolar AS
“Indonesia menjadi konsumer halal food peringkat pertama sebesar 114 milyar dolar, AS”kata Sapta . (Rabiatun)