JAKARTA-MARITIM: Sekolah Tinggi Maritim (STIMar) ‘AMI’ mulai tahun ajaran 2022-203 membuka Program Studi (Prodi) Sarjana Rekayasa Transportasi Laut. Prodi baru ini melengkapi 4 Prodi jenjang D3/D4 yang sudah ada, yakni Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan (jenjang D3/D4), Nautika dan Teknika (D3).
Prodi baru ini dikemukakan Ketua STIMar AMI Capt. Albert Lapian M.Mar.dalam Dies Natalis ke-62 STIMar AMI di Kampus Ungu Jakarta, Senin (3/10/2022). Perayaan Dies Natalis ini juga diwarnai dengan orasi ilmiah oleh Dr. Lukman ST. M.Hum, Direktur Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi.Riset dan Teknologi.
Capt. Albert Lapian mengatakan, prodi S1 Rekayasa Transportasi Laut ini sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mewujudkan tol laut dan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Itu sebabnya Dies Natalies tahun ini mengusung tema “STIMar AMI Mengembangkan Program Studi Sarjana Maritim Untuk Indonensia Sebagai Poros Maritim Dunia”.
Menurut Lapian, persetujuan Dirjen Diktiriset dalam pelaksanaan prodi Rekayasa Transportasi Laut ini baru diterima 2 minggu yang lalu.
“SK Dirjen tertanggal 12 September 2022 ini kami terima pada 20 September 2022. Dengan adanya persetujuan ini kami langsung melakukan pendaftaran mahasiswa baru. Sampai hari ini tercatat 5 orang yang telah mendaftar,” ujarnya kepada Maritim seusai acara Dies Natalis yang dihadiri sejumlah undangan dan segenap sivitas akademika STIMar AMI.
Lebih jauh Albert Lapian menjelaskan, prodi sarjana ini dalam rangka memenuhi syarat pemerintah bahwa sekolah tinggi harus memiliki minimal 6 prodi sarjana. Untuk itu, setelah RTL (Rekayasa Transportasi Laut), STIMar AMI akan mengajukan prodi Bisnis Maritim dan Logistik, semuanya S1.
Dikatakan, proses awal pengajuan prodi RTL dilakukan pada awal 2021. Sejak awal 2022 STIMar mematangkan semua persiapan menyongong terbitnya izin dari Dirjen Diktiriset.
Ketua Prodi Rekayasa Transportasi Laut STIMar AMI Dr. Komarudin menambahkan beberapa syarat menjadi mahasiswa RTL. Yakni lulusan SMA jurusan IPA, Sekolah Pelayaran, SMK (Teknik, Mesin dan Elektro), maupun lulusan akademi/pendidikan maritim lainnya.
“Dari 5 pendatfar di antaranya adalah lulusan D3 Nautika/Teknika STIMar,” ujarnya menyebutkan prodi baru sebagai “Marine Tranport Engineering”.
Menjadi Kampus Berkelas Dunia
Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya Dr. Lukman mengatakan, upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia harus didukung oleh SDM unggul yang disiapkan oleh berbagai lembaga pendidikan maritim. Salah satunya adalah STIMar AMI.
Dikatakan, dari 4.535 perguruan tinggi di Indonesia, perguruan tinggi kemaritiman saat ini hanya ada 28, dalam bentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi dan universitas. Sejumlah perguruan tinggi itu kebanyakan ada di Jawa dan Sumatera. Di Maluku dan Maluku Utara masing-masing hanya ada 1, sedang di Papua belum ada.
Untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, tol laut yang menghubungkan seluruh pulau di Nusantara dari barat ke timur atau dari utara ke selatan, harus dibenahi secara menyeluruh. Baik kapal, pelabuhan, logistik dan semua pendukung lainnya. Semua ini diperlukan SDM yang unggul dan profesional sehingga tol laut akan terlaksana dengan lancar.
“Semua ini harus didukung oleh lembaga pendidikan kemaritiman yang harus mampu mencetak SDM unggul sesuai bidangnya,” tegasnya.
Dari 28 perguruan tinggi itu, ia menilai STIMar AMI berpeluang menjadi yang terbaik dalam mencetak SDM unggul yang selama ini mengisi kebutuhan kapal dan pelabuhan. Dan tak lama ini akan menghasilkan lulusan yang unggul dalam transportasi laut.
Terkait soal ini, Dr. Lukman berharap STIMar AMI mampu menghasilkan SDM-SDM yang unggul sehingga mampu menjadi Kampus Unggul Berkelas Dunia. “Bukan hanya unggul dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi serupa di luar negeri, tapi juga disegani di dunia,” harapnya. (Purwanto).