65 Industri Dodol di Pasar Bengkel Sergai Tutup Usaha

Pemilik sekaligus pengusaha "Dodol Tekad" Pasar Bengkel Sergai Aspian Hadi bersama istrinya, Puput Fuji

SERDANG BEDAGAI-MARITIM : Pasca dibangunnya jalan Tol Medan-Tebing Tinggi, arus kendaraan yang melintas di wilayah ini semakin berkurang kemacetannya, berbanding terbalik jika dilihat dari sebelum adanya jalan Tol. Karena para pengguna jalan Tol semakin cepat mencapai tujuan ke Tebing Tinggi atau sebaliknya.

Namun di balik itu, tidak demikian halnya dengan para pedagang dodol dan makanan ringan serta minuman di kawasan Desa Pasar Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Di mana mereka mengeluhkan penjualan jajanan oleh oleh khas Serdang Bedagai tersebut turun omzetnya secara drastis. Bahkan, mereka menyebutkan pula, bahwa kini 50% para penjual di wilayahnya telah gulung tikar.

Salah seorang pelaku industri usaha mikro kecil menengah (UMKM), dengan nama toko bermerek dagang “Dodol Tekad”, dengan tag line ‘Cita Rasa Tempoe Doloe 80’, menyampaikan keluhannya tersebut kepada sejumlah wartawan, saat ditemui di tempat usahanya, di Pasar Bengkel, akhir pekan lalu.

“Selesainya pengerjaan jalan Tol Medan-Tebing Tinggi, adalah salah satu faktor saja, dibandingkan faktor-faktor lainnya, sehingga menyebabkan kelangsungan denyut perekonomian jajanan oleh oleh di Pasar Bengkel menurun penghasilannya bagi sebagian besar pemilik toko di wilayah ini. Bahkan, usaha kami ini nyaris gulung tikar,” ungkap pemilik sekaligus pengusaha “Dodol Tekad”, Aspian Hadi.

Hadi, yang didampingi istrinya, Puput Fuji, menceritakan pedagang mengeluhkan soal keberadaan jalan Tol itu. Karena setelah selesainya pembangunan jalan Tol Medan-Tebing Tinggi tersebut, kendaraan yang melintas sudah tak mau lagi keluar (exit) ke Pasar Bengkel. Akibatnya, para pedagang mengalami pengurangan dalam penjualan produk dodol sejak beroperasinya jalan tol Medan-Tebing Tinggi. Penyebabnya banyak penumpang bus, angkutan dan pengendara mobil lainnya, yang tidak singgah karena terus melintas di jalur Tol.

“Akibat sepi pembeli, Pasar Bengkel yang sebelumnya dihuni oleh 126 pedagang, kini tinggal menyisakan sebanyak 61 pedagang saja. Sementara 65 pedagang lainnya telah menyatakan menutup kegiatan usahanya. Padahal, usaha ini telah kami tekuni sejak dari orang tua kami terdahulu,” ujar Hadi, yang kini merupakan generasi kedua di Pasar Bengkel.

Diutarakan, sebelum adanya jalan Tol pihaknya dalam satu hari sedikitnya mampu menghabiskan atau membuat dodol sebanyak enam kuali dengan isi 15 kg. Semua dodol tersebut habis terjual seluruhnya. Belum lagi termasuk makanan ringan dan minuman lainnya.

“Kini, semua itu tinggal kenangan. Sekarang dalam satu hari saja kami hanya mampu membuat sebanyak tiga kuali. Itu pun dalam satu Minggu belum tentu habis semua. Bahkan terkadang ada yang tersisa. Karena merupakan makanan basah kalau sudah tersisa pasti terbuang,” ucap pria berambut panjang sebatas bahu tersebut.

Rest area
Hadi dan Puput berharap, pihaknya dapat dibantu oleh pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai atau oleh pihak-pihak terkait lainnya, atau mungkin oleh pengelola jalan Tol Medan-Tebing Tinggi dapat berjualan di rest area di jalan Tol Medan-Tebing Tinggi. Langkah ini adalah sebagai salah satu jalan bagi berkembang dan hidupnya kembali industri dodol kecil di Pasar Bengkel.

“Kami dan para pedagang lainnya di sini sudah tidak tahu lagi mau berusaha seperti apa lagi. Karena sumber penghasilan dan penghidupan masyarakat di Pasar Bengkel ini hanya berjualan dodol. Kami mengharapkan bantuan dari pemerintah atau pihak berwenang lainnya untuk dicarikan solusi yang terbaik.

Seperti diketahui, sebelum adanya jalan Tol Medan-Tebing Tinggi, Pasar Bengkel keberadaannya miripnya sepeti ‘gadis cantik’. Selalu disinggahi tamu atau pembeli dan suasananya juga hidup hingga 24 jam. Dipastikan setiap bus pariwisata atau kendaraan pribadi akan berhenti di Pasar Bengkel membeli dodol – sebagai jajanan favorit – yang sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu. Karena Pasar Bengkel identik dengan panganan dodolnya.

Tokoh Sergai turut bant

Pada kesempatan terpisah, Ketua Kadin Kota Medan, Arman Chandra, menilai persoalan di Pasar Bengkel perlu segera dicarikan solusi terbaiknya. Di samping itu, perlu juga secepatnya diselesaikan, karena Pasar Bengkel adalah asset yang tak ternilai harganya milik masyarakat dan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.

“Di sisi lain, dampak dari pembangunan jalan Tol Medan-Tebing Tinggi terhadap para pedagang UMKM di Desa Bengkel perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Termasuk aspirasi dari para pedagang dodol agar mereka dapat berjualan pada salah satu kios di rest area jalan Tol Medan-Tebing Tinggi,” ujar Arman.

Ditambahkan, Pasar Bengkel adalah asset masyarakat dan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan ini harus dilestarikan keberadaannya. Namun untuk mempertahankan dan menghidupkan kembali para pedagang di Pasar Bengkel perlu upaya inovasi, promosi dan memperbaiki kemasan yang dilakukan terus menerus bersama-sama instansi terkait lainnya. Termasuk juga tokoh-tokoh asal Serdang Bedagai yang telah sukses berusaha di perantauan.

“Inovasi ini penting dilakukan bersama dengan kemasan produk, agar konsumen selalu mencari panganan dodol dan makanan asal Pasar Bengkel. Karena panganan dodol asal Pasar Bengkel adalah historis yang harus dipertahankan dan jangan sampai hilang warisannya. Sebelum ada jalan Tol, kenapa konsumen dari Medan mau berkendaraan selama empat jam ke Pasar Bengkel sekadar hanya membeli dodol kegemarannya,” tanya pengurus DPD Ikal Lemhanas Sumatera Utara, itu. (Muhammad Raya)

Related posts