Berkembangnya Kacang Sihobuk Perlu Dukungan Lahan Perkebunan Memadai

SP Sihombing dengan alat gongseng hingga menjadi Kacang Sihobuk

TARUTUNG-MARITIM : Selama perjalanan dari Bandara Silangit hingga ke Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, kita dapat menyaksikan begitu banyak kios yang menjajakan Kacang Sihobuk di pinggir jalan.

Makan ringan/jajanan khas Batak yang berasal dari Desa Sihobuk, Tarutung, Tapanuli Utara, ini memang menjadi salah satu dagangan unggulan bagi masyarakat yang menetap di dataran tinggi tersebut. Bahkan, karena cukup ternamanya kacang ini nama Kacang Sihobuk telah menjadi panganan oleh oleh terkenal sampai ke luar negeri.

Kacang ini berasal dari kacang pilihan yang berkualitas dan dimasak dengan cara unik. Jadi sebelum kacang di masak, kacang tanah tersebut dijemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari sampai kering sepenuhnya. Kemudian kacang direndam di dalam air selama dua sampai tiga jam agar kacang bersih dari tanah-tanah yang tersisa. Setelah direndam, kacang digongseng dengan pasir dalam sebuah wadah menggunakan api kayu bakar hingga matang.

Setelah matang, lalu kacang didinginkan dan dipilah kembali untuk kemudian dikemas dan dipasarkan. Kacang Sihobuk memiliki kemasan yang seragam, yaitu menggunakan warna merah dan putih yang menjadi warna pembungkus camilan ini. Harga dari camilan ini juga sangat terjangkau, untuk kemasan plastik mulai dari Rp5.000, Rp10.000 hingga Rp20.000 per bungkus untuk kemasan kaleng mulai dari Rp150.000 sampai Rp250.000.

SP Sihombing, pemilik sekaligus pengusaha Kacang Sihobuk bermerek ‘Masihol’, ini menyampaikan bahwa untuk memperoleh bahan baku kacang tanah pihaknya mendapatkannya dari kalangan petani rakyat yang bercocok tanam dari beberapa desa.

“Kami mendapatkan bahan baku kacang tanah dari Desa Pahae, Adian Koting dan desa lainnya. Stok yang dikumpulkan cukup banyak juga jumlahnya tersimpan di gedung. Isi gudangnya tersebut bisa menyimpan bahan baku kacang tanah hingga ribuan kaleng,” ungkapnya, saat ditemui sejumlah wartawan ke tempatnya berusaha, di Tarutung, akhir pekan lalu.

Menurut Sihombing, stok sejumlah itu disimpan karena usahanya memang membutuhkan bahan baku kacang tanah dalam jumlah yang cukup banyak. Di mana untuk keperluan satu Minggu saja tak kurang dibutuhkan sebanyak 300 kaleng.

“Kami memang kategori industri kecil, tapi begitulah kebutuhan bahan baku kacang tanah yang diperlukan dalam seminggu, yang mana kacang tersebut habis terjual seluruhnya. Sehingga stok kacang tanah dalam jumlah ratusan kaleng akan habis terjual antara dua hingga tiga bulan,” hitungnya.

Ditanya soal harapannya pada pemerintah, Sihombing meminta agar pemerintah selalu hadir memberikan pendampingan bagi industri kecilnya, terutama dalam hal permodalan, perbaikan kemasan hingga ke persoalan mutu dan pemasaran Kacang Sihobuk.

“Ini penting kami sampaikan agar Kacang Sihobuk ini terus dapat dikenal lagi pada daerah-daerah lainnya sekaligus sebagai mata dagang favorit bagi anggota masyarakat. Sebab dengan begitu akhirnya masyarakat di Tarutung dapat menggantungkan mata pencahariannya dari hasil berjualan Kacang Sihobuk,” tutupnya. (Muhammad Raya)

Related posts