RKT CIMA: Pelaut Jantung Bisnis Perusahaan Pengawakan Kapal

1. Ketua Umum CIMA Gatot Cahyo Sudewo beserta seluruh pengurus dan anggota CIMA foto bersama dengan Kabid Pendidikan BPSDM Perhubungan Laut Arizal Hendriawan dan Direktur Politeknik Pelayaran Sorong, Dodik, (duduk di kursi) dalam pembukaan Rapat Kerja Tahunan CIMA 2023.

JAKARTA-MARITIM: Perkumpulan Perusahaan Pengawakan Kapal Indonesia atau CIMA (Consortium Indonesian of Manning Agencies) menyelenggarakan Rapat Kerja Tahunan (RKT) 2023 yang dihadiri semua pengurus dan anggota CIMA di seluruh Indonesia. RKT yang berlangsung pada 29-30 November 2023 di Jakarta dan dibuka oleh Ketua Umum CIMA Dr (C) Gatot Cahyo Sudewo SE, M.M Tr, CPHCM juga dihadiri sejumlah pejabat Ditjen Perhubungan Laut, Badan Pengembangan SDM Ditjen Hubla dan beberapa sekolah pelayaran, seperti Politeknik Maritim Negeri Indonesia Semarang dan Politeknik Pelayaran Sorong.

Dalam sambutannya Ketum CIMA menyatakan, eksistensi CIMA semakin berkembang dan diperhitungkan oleh berbagai pihak, baik instansi pemerintah, maupun dunia bisnis industri maritim, khsususnya yang bergerak di bidang pelayaran.

Read More

Dikatakan, keanggotaan CIMA terus bertambah dan sampai akhir November 2023 jumlahnya mencapai 64 perusahaan. Jumlah ini termasuk penambahan anggota baru selama setahun terakhir sebanyak 19 perusahaan. Tahun depan (2024) anggota CIMA ditargetkan bertambah menjadi 180 perusahaan.

Terkait soal ini, kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait terus digalakkan. Terutama dengan lembaga pendidikan maritim baik negeri maupun swasta, dalam upaya mendapatkan pelaut berkualitas internasional untuk ditempatkan di kapal-kapal asing. Misalnya, Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Universitas Maritim ‘Amni’, Sekolah Tinggi Ilmu Maritim ‘AMI’, Politeknik Pelayaran Sorong, serta lembaga-lembaga pendidikan maritim lainnya di bawah pembinaan Ditjen Perhubungan Laut.

Menurut Gatot, CIMA juga mengembangkan kerja sama dengan pihak internasional, terutama ILO (International Labour Organization) dan IMO (International Maritime Organization). Kolaborasi ini penting karena anggota CIMA menempatkan pelaut yang kompeten ke kapal asing di berbagai negara, sehingga harus mematuhi semua ketentuan yang ditetapkan oleh kedua organisasi internasional tersebut.

“Atas inisiatif Dirjen Perhubungan Laut Dr. Capt. Antoni Arif Priadi Msc, sejak 17 Oktober 2023 CIMA masuk menjadi anggota Forum Komunikasi Maritim Internasional,” kata Gatot yang disambut tepuk tangan hadirin.

Dalam konteks ini, Gatot menegaskan, CIMA terus berkolaborasi dengan pihak internasional, termasuk ILO dan IMO, serta memperluas jaringan dengan perusahaan pelayaran di berbagai negara dalam penempatan pelaut di kapal asing.

Pada RKT yang bertema ‘Seafarers, At The Heart of Our Business’ (Pelaut Jantung Bisnis Perusahaan Pengawakan Kapal), Ketum CIMA mengingatkan anggotanya untuk senantiasa menempatkan pelaut yang kompeten dan berkualitas beserta perlindungannya sesuai ketentuan internasional.

2. Kabid Pendidikan BPSDM Perhubungan Laut Arizal Hendriawan (baju batik) didampingi Ketua Umum CIMA Gatot Cahyo Sudewo dan Direktur Politeknik Pelayaran Sorong Dodik foto bersama dengan anggota CIMA yang telah menandatangani MoU dengan Direktur Poltekpel Sorong.

Hingga saat ini, menurut Gatot, perusahaan yang memiliki SIUPPAK (Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal) sebanyak 279 perusahaan. “Ini berarti 23% pemilik SIUPPAK adalah anggota CIMA,” ujarnya seraya menambahkan, 77% pemilik SIUPPAK bukan anggota CIMA.

Selanjutnya dikatakan, untuk tahun 2024 CIMA akan melaksanakan 10 program kerja. Antara lain meninjaklanjuti keikutsertaan dalam Forum Komunikasi Maritim Internasional yang mengacu program kerja IMO 2024, dan mengawal pemberlakuan Konvensi ILO C-188 dalam rangka perlindungan awak kapal perikanan.

Selain itu, melakukan koordinasi antar anggota CIMA, asosiasi kemaritiman Indonesia serta Ditkapel (Direktorat Perkapalan dan Kepelautan) dalam meningkatkan kualitas pelaut dan mempersiapkan sertifikasi SKKNI (Sertifikat Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) bagi SDM Pelayaran yang bekerja di kantor perusahaan pengawakan kapal dan perusahaan pelayaran di Indonesia.

‘Talk show’ dan MoU

Dalam RKT itu juga diadakan talk show dengan topik Kesehatan Mental Pelaut. Selaku panelis, dr. Putri Nugraheni Sp.Kj.mengatakan, pelaut dalam melaksanakan pekerjaan di kapal sampai berbulan-bulan sering menghadapi masalah kesehatan mental, seperti sulit beradaptasi dan stress akibat tekanan pekerjaan, menghadapi risiko kecelakaan maupun kesepian.

Namun masalah yang dihadapi awak kapal penumpang berbeda dengan awak kapal barang maupun tanker. Pelaut yang menghadapi masalah kesehatan mental harus segera ditangani, jangan sampai berlarut-larut.

Dirut RS Pelabuhan Jakarta dr. Ary menambahkan, pihaknya telah membuka telekonsultasi kesehatan mental. Pihaknya membuka kerja sama dengan perusahaan yang membutuhkan. Medical Check Up, termasuk kesehatan mental, perlu dilakukan sebelum pelaut naik kapal,” ujarnya.

Sementara itu, Kabid Pendidikan BPSDM Perhubungan Laut Arizal Hendriawan mengungkapkan, selama 2023 ada 8 pelaut yang diturunkan dari kapal dan dipulangkan karena melakukan percobaan bunuh diri. Tanpa menyebutkan masalah dan penanganannya, Arizal menduga pelaut tersebut mengalami gangguan mental cukup berat.

Untuk itu, ia minta industri maritim/pelayaran memberi perhatian khusus terhadap kesehatan mental para pelaut yang dipekerjakan di kapal. Lembaga pendidikan juga harus memberikan pola asuh dengan sistem demokratis sehingga para taruna nantinya dapat memutuskan sesuatu secara bijaksana.

“Jangan dengan pola asuh secara otoriter, karena akan berdampak pada tekanan mental dan stress yang mengganggu pekerjaan. Para pelaut sebelum naik kapal harus dibekali dulu kesiapan mental yang tangguh,” sambungnya.

Sedangkan Guru Besar Politeknik Negeri Maritim Indonesia Prof. Dr. Sri Titue Rahayu, MSi dan juga sebagai anggota kehormatan CIMA periode 2023-2025 mengatakan, selain pembekalan mental yang tangguh para taruna juga perlu dibekali pengetahuan sehingga memiliki standar kompetensi. Baik standar khusus, standar internasional, maupun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Ia menilai, pelaut merupakan pejuang devisa negara yang perlu mendapat perlindungan yang baik. “Karakter Negara Kesatuan RI adalah Maritim. Ini harus dipertahankan dan menjadi harga mati,” tegasnya.

RKT CIMA juga diwarnai penandatanganan MoU antara Direktur Politeknik Pelayaran Sorong dengan 24 perusahaan anggota CIMA, disaksikan Ketum CIMA dan Kabid Pendidikan BPSDM. Isinya, lulusan Poltekpel Sorong bisa direkrut untuk bekerja di kapal-kapal asing, atau perusahaan membantu taruna Poltekpel untuk praktek laut maupun darat. MoU ini menindaklanjuti MoU yang telah diteken lebih dulu antara Direktur Poltekpel Sorong dengan Ketum CIMA. (Purwanto).

Related posts