Jakarta, Maritim
Industri cat di dalam negeri meningkatkan daya saing dan mampu berkompetisi di pasar lokal dan global. Langkah ini diwujudkan Propan Dekorindo Raya, anak perusahaan Propan Raya, dengan memperluas pabrik untuk menghasilkan produk cat ramah lingkungan berbasis air (water based).
“Kami memberi apresiasi atas ekspansi ini, sebagai komitmen berinovasi dan menambah investasi di Indonesia, sehingga akan membawa dampak positif terhadap ekonomi nasional,” kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, pada peresmian pabrik Propan Dekorindo Raya, di Tangerang, Banten, kemarin.
Pabrik baru ini menelan investasi Rp250 miliar dan memiliki kapasitas produksi 100 ribu ton per tahun. Memiliki fasilitas anyar tiga pabrik berkapasitas produksi total 200 ribu ton per tahun.
Menurut Sigit, prospek industri cat didalam negeri masih cukup cerah, seiring gencarnya pembangunan properti yang di dorong pemerintah. Bahkan, industri cat juga berperan penting dalam mendukung industri lain, seperti industri furniture, industri mainan anak dari kayu dan industri kreatif lainnya.
“Untuk itu, kami berharap Propan Dekorindo Raya dapat menjalin kerjasama dengan pelaku usaha lain, sehingga mengurangi produk impor sejenis. Sekaligus dapat menghemat devisa negara,” ujarnya.
Pendiri dan Presdir Propan Raya, Hendra Adidarma, mengakui cat berpelarut air lebih ramah lingkungan dibanding cat berpelarut tiner. Selain tidak ramah lingkungan, cat juga memiliki kandungan volatile organic compounds (VOC) yang berbahaya baik untuk tubuh maupun lingkungan. Dengan beralih ke cat water based, emisi solvent dapat ditekan.
Sementara CEO Propan Raya, Kris Rianto Adidarma, mengungkapkan pabrik baru ini akan dioperasikan dengan teknologi terbaru dan termutakhir bernama Rapid Production System RPS) yang berasal dari Jerman. Teknologi yang dipakai merupakan satu-satunya teknologi yang ada di Asia Pasifik. Dengan teknologi ini seluruh proses produksi hingga barang jadi akan lebih ramah lingkungan,”paparnya.
Teknologi baru di gunakan di dua negara, yaitu Jerman dan di Indonesia. Keunggulan teknologi ini mampu memproduksi sangat cepat, yaitu 25 ton per batch dalam waktu empat jam. Kemudian, produk yang dihasilkan konsisten dan stabil, fleksibel serta hemat ruang. (M Raya Tuah)