Ribuan Lulusan STIMar AMI Tersebar di Kancah Nasional dan Internasional

Capt. Albert Lapian menyerahkan piagam penghargaan kepada para juara untuk berbagai lomba dalam memeriahkan Dies Natalis ke-64 STIMar AMI.

JAKARTA-MARITIM: Dalam usianya ke-64 tahun, ribuan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Maritim (STIMar) ‘AMI’ telah mengaplikasikan ilmu dan keahliannya dalam dunia kemaritiman, baik di kancah nasional maupun internasional.

Tidak sedikit dari lulusannya telah berhasil menjadi pengusaha pelayaran/perkapalan, menjadi ASN yang kemudian dipercaya menduduki jabatan struktural di Kementerian Perhubungan, seperti menjadi Kepala KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan), maupun sebagai nakhoda di kapal-kapal nasional maupun kapal asing yang berlayar ke seluruh dunia.

Read More

“Bahkan ada yang menjadi prajurit dan mengawaki kapal perang TNI-AL,” kata Ketua STIMar AMI Capt. Albert Lapian kepada Maritim seusai acara Dies Natalis STIMar AMI ke 64 di Kampus Merdeka, Pulomas, Jakarta Timur.

Capt. Albert tidak menyebutkan jumlah pasti lulusan STIMar AMI yang telah menyabet ijazah D-III (Ahli Madya) untuk program studi (Prodi) Nautika dan Teknika maupun D-III dan D-IV (Sarjana Sains Terapan) untuk prodi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan.

Sejak tahun akademik 2019-2020, kata Albert, STIMar AMI menerapkan kurikulum baru yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat maritim, khususnya untuk Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan.

Untuk Program Studi Nautika dan Teknika diterapkan kurikulum mengikuti Konvensi IMO tentang Standard of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW) dan kurikulum dari Badan Pengembangan SDM Kementerian Perhubungan. Baik institusi maupun semua prodinya telah mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Khusus untuk Prodi Nautika dan Teknika telah mendapatkan approval dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut selaku Administrator dari International Maritime Organization (IMO).

Approval dari Ditjen Hubla menunjukkan bahwa pendidikan di STIMar AMI telah memenuhi standar Konvensi STCW 1975, termasuk amandemen terakhir tahun 2010. STCW yang diamandemen di Manila 2010 mengatur tentang standar minimun yang harus dipenuhi oleh anak buah kapal berkaitan dengan pelatihan anak buah kapal atau crew, sertifikasi dan petugas jaga untuk pelaut yang sesuai dengan aturan flag state pada saat di kapal.

“Itu sebabnya, lulusan STIMar AMI telah memenuhi standar internasional, sehingga banyak diterima bekerja di perusahaan pelayaran internasional,” ujarnya.

Sejak dua tahun terakhir, STIMar AMI telah mengembangkan sayap dengan membuka Prodi S1 dengan 3 jurusan, yakni Rekayasa Transportasi Laut, Logistik, dan Bisnis Maritim. Ketiga prodi ini ke depan sangat diperlukan dalam industri maritim.

Menurut Albert, pihaknya sudah memperoleh izin operasional dari Mendikbudristek. Saat ini pihaknya sedang mengurus akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), karena dalam waktu 2 tahun sebuah perguruan tinggi harus mendapatkan akreditasi resmi dari BAN PT.

Sekarang ini mahasiswa untuk ketiga prodi S1 belum banyak. Penyebabnya, lanjut Capt. Albert, karena masyarakat selama ini menilai STIMar AMI hanya sekolah pelaut atau mendidik calon pelaut.

“Ini menjadi PR kita untuk terus gencar melakukan sosialisasi dan promosi agar tiga prodi S1 ini menjadi favorit dan ke depan dapat memenuhi kebutuhan SDM yang sangat diperlukan dalam industri maritim,” tuturnya.

Dalam Dies Natalis ini juga diadakan seminar maritim tentang Maritime Labour Convention (MLC) 2006, dengan narasumber Capt. Huske Dwi Gustian dan Anggraeni Esti Suyoto sebagai moderator. Seminar MLC ini, menurut Albert, sangat penting bagi sivitas akademika dan taruna/ni STIMar untuk mengetahui hak-hak pelaut beserta fasilitasnya selama bekerja di kapal guna menjamin tanggung jawab dan keamanan keselamatan pelayaran. (Purwanto).

Related posts