PT GRESIK Jasatama (GJT), Badan Usaha Pelabuhan (BUP) pengelola terminal batubara di pelabuhan Gresik akan lakukan IPO (Initial Public Offering/menawarkan saham perusahaan) sebesar 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Menurut Rudy Djajasaputra Presdir GJT, serapan dana dibutuhkan untuk belanja modal dan membayar utang perbankan.
Ungkap Rudy: “Kami akan mengikuti peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait besaran minimal saham yang dilepas ke publik, minimal 20 sampai 30%”.
Lebih jauh dijelaskan, ke depan GJT berencana untuk belanja modal dan bayar kewajiban utang perbankan, masing-masing 50%. Ujarnya pula: “Guna dapatkan pernyataan efektif penerbitan dari Otoritas Jasa Keuangan(OJK), perseroan menyusun prospektus dengan didasari laporan keuangan audit periode yang berakhir 31 Desember 2017. Dengan tahun buku Desember 2017 kami harap dapat listing pada semester pertama 2018.”.
PT GJT saat ini memiliki aset mencapai Rp 600 miliar. Dalam rangka melayani jasa bongkar muat batu bara, arus bongkar muat mencapai 3 juta ton per tahun. Sementara kapasitas bongkar muat mencapai 10 juta ton per tahun. Untuk memudahkan rencana aksi korporasi, perseroan menunjuk PT Ciptadana Sekuritas Asia selaku penjamin pelaksana efek.
Badan usaha Gresik Jasatama dibangun sekitar tahun 1990 an, bekerjasama dengan Pelindo III melayani jasa bongkar muat curah kering-khususnya batubara. Awalnya, aktifitas bongkar muat dilakukan di Terminal Nilam Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Namun dalam kaitan revitalisasi Pelabuhan Tanjung Perak, kegiatan pelayanan bongkar muat GJT direlokasi ke terminal eksisting Pelabuhan Gresik. ***ERICK A.M.