Benoia Bali, Maritim
DALAM rangka mengamankan dan melakukan penyekatan perairan Bali selama gelaran Annual Meeting International Monetary Fund – World Bank (sidang tahunan IMF-WB) 2018, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) menyiagakan sebanyak sepuluh unit kapal perangnya. Kapal-kapal perang yang diterjunkan di antaranya adalah KRI “Raden Edi Martadinata-331”, KRI “I Gusti Ngurah Rai-332”, KRI “Abdul Halim Perdanakusuma-335”, KRI “Nala-363”, KRI “Badik-623”, KRI “Teripang-648”, KRI “Ajak-653”, KRI “Pulau Rapat-712”, KRI “Banda Aceh-593”, dan KRI “Tarakan-905”.
Alat Utama Sistem Kesenjataan (Alutsista) berupa lapal- perang tersebut, umumnya memilki kemampuan melakukan pertempuran di tiga medan, seperti perang permukaan, bawah air, hingga perang udara dengan pesawat tempur. Selain itu, di antara kapal itu juga mampu mengangkut personel dan penumpang yang berjumlah ratusan hingga ribuan orang.
KRI “I Gusti Ngurah Rai-332” yang mampu melakukan perang di empat matra sekaligus, perang permukaan sesama kapal perang, perang bawah air melawan kapal selam, perang udara dengan pesawat tempur, perang elektronika, dan sekaligus memiliki kemampuan membajak sistem persenjataan dan kendali dari kapal perang musuh, sempat sandar di Pelabuhan Benoa untuk memenuhi keperluan logistik, Rabu (10/10/2018) pagi. Kapal jenis Sigma 10514 ini berspesifikasi panjang 105,11 meter, lebar 14,02 meter, draft termasuk sonar 5,73 meter, dan bobot penuh 3.216 ton, dengan kecepatan 28 knots ini, mampu membawa 120 kru dengan kecepatan 28 knots.
Seluruh persenjataan terutama meriam KRI “I Gusti Ngurah Rai-332” berada dalam kondisi siaga, termasuk satu unit helikopter juga disiagakan di atas kapal. Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Denpasar Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko menjelaskan bahwa sepuluh kapal perang tersebut telah mengawasi keamanan perairan Bali sejak 6 Oktober sampai 16 Oktober 2018. Sepuluh kapal perang tersebut melakukan penyekatan di hampir empat penjuru arah seluruh perairan Bali, mulai dari barat, timur, utara, dan selatan. Ujar Danlanal: “Sepanjang penugasan khusus tersebut, situasi perairan Bali pada umumnya aman”.
Dijelaskan pula, kapal-kapal perang tersebut terus melakukan patroli di perairan Bali sampai 16 Oktober 2018. Hanya saat memerlukan tambahan logistik, mereka sandar di Pelabuhan Benoa. Sementara, untuk keperluan bahan bakar telah disuplay KRI Tarakan. Selain itu, jalur tol laut juga tidak luput dari pengawasan. Pihaknya juga menerjunkan sea rider dan rubber boat di sepanjang tol laut selama kepala negara atau delegasi melewati jalur tersebut.
Pungkas Kolonel Henricus: “Jumlah personel bersama KRI kurang lebih 2.000. Dalam satuan tugas inui, kami juga dapat dukungan sekitar 800 personil unsur-unsur stakeholder terkait seperti Pol Air, Pelindo, Polsek, Basarnas”. ***ADIT/Dps/Mariti,