Yogya, Maritim
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengharapkan nilai investor asing yang akan menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto tak jauh dari kebutuhan Rp400 miliar. Kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) Kulon Progo Agung Kurniawan di Kulon Progo, DIY, Selasa (30/10/2018): “Kami tidak dapat sebut nilainya, tetapi yang jelas sesuai kebutuhan penyelesaian pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto”.
Pengajuan investasi dilakukan langsung oleh investor ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Ujar Agung pula: “Kami masih belum mengetahui secara pasti nilai yang turun, atas investasi yang berbentuk penanaman modal asing (PMA) itu. Sampai saat ini, kami baru ada koordinasi saja bersama Pemprov DIY”.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Sudarna mengaku senang dengan kabar ini. Ia katakan penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto terkatung-katung, karena belum ada kejelasan kementerian yang akan selesaikan apakah Kementerian Kelautan dan Perikanan atau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jelas Sudarna: “Berdasarkan perjalanam pentahapan pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto selama ini, APBN tak dapat alokasikan dana yang cukup. Karenanya kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) merupakan alternatif yang logis”.
Sudarna mengatakan kunci utama beroperasinya Pelabuhan Tanjung Adikarto adalah pemecah ombak sebelah timur dan barat. Jelasnya: “Berdasar review rencana detail teknis dan desain Pelabuhan Tanjung Adikarto, perlu adanya perpanjangan pemecah ombak. Di sisi timur sudah dibangun pemecah ombak sekitar 220 meter, yang perlu diperpanjang 170 meter, hingga panjang total pemecah ombak sisi timur 390 meter. Kemudian sisi barat perlu pemecah ombak sepanjang 230 meter, hingga masih kurang 120 meter. Biaya penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto mulai pemecah ombak hingga pengerukan pasir dalam kolam pelabuhan diperkirakan mencapai sekitar Rp400 miliar”.
Dia berharap dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Adikarto, kapal-kapal nelayan akan mengangkut hasil ikan tangkapan yang yang melimpah. Hal itu akan jadi pemicu industri perikanan dan rumah makan, yang kelak akan menggerakkan ekonomi masyarakat di kawasan pelabuhan.
Puncak Panen: Realisasi produksi perikanan tangkap Januari-September di Kabupaten Kulon Progo, saat ini baru mencapai 983,382 ton atau 40,49% dari target 2.424 ton. Jelas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kulon Progo Sudarna: “Produksi perikanan tangkap pada Januari sampai September ini memang rendah, dan akan kembali meningkat pada Oktober hingga Desember ini, sesuai dengan siklus produksi perikanan tangkap tangkap yang tergantung musim”.
Ia mengatakan produksi perikanan tangkap triwulan pertama sebanyak 448,703 ton atau 74,07% dari target 605,750 ton, triwulan kedua 253,761 ton atau 69,82% dari target 363,450 ton, dan triwulan ketiga sebanyak 280,918 ton atau 115,94% dari target 242,300 ton. Jelas Sudarma: “Produksi paling rendah terjadi pada triwulan kedua atau sekitar April, Mei dan Juni karena gelombang tinggi dan tidak musim migrasi ikan”.
Dijelaskamn DKP Kulon Progo memberi bantuan sarana dan prasana alat tangkap berupa perahu dan mesin motor tempel hingga jaring kepada nelayan di wilayah itu dalam rangka meningkatkan hasil tangkapan ikan. Pada tahun 2018 ini, DKP memberi bantuan sarana dan prasaran alat tangkap kepada empat kelompok usaha bersama (KUB), yakni KUB Ngudi Mulyo Temon, KUB Dadi Mulyo Temon, KUB Manunggal Bahari Karangwuni, dan KUB Ngudi Rejeki. Harap Sudarna: “Bantuan yang kami berikan berupa perahu, mesin perahu motor tempel (PMT), jaring serang berbagai ukuran, dan pengadaan baju pelampung. Kami minta nelayan memgoptimalkan bantuan untuk mendapatkan hasil tangkapan maksimal”.
Selain itu, DKP Kulon Progo juga membekali nelayan dengan berbagai pelatihan membuat jaring, navigasi, dan keterampilan memperbaiki mesin PMT. Sehingga sewaktu-waktu, ilmu atau keterampilan mereka dapat dimanfaatkan. Kata Surartna: “Kami beri pelatihan yang aplikatif, supaya mereka semakin profesional menjadi nelayan”.
Sementara itu, salah satu nelayan Pantai Trisik Dwi Surya mengatakan hasil tangkapan ikan mulai meningkat sejak akhir Agustus. Hasil tangkapan ikan akan mencapai puncaknya pada November dan Desember. Pungkasnya: “Musim ikan biasanya terjadi pada September sampai Desember. Hasil tangkapan sekali melaut cukup untuk membeli bahan bakar, bahkan saat beruntung sekali melaut bisa mendapat Rp10 juta”.***UTI/Smr/Maritim.