Bangkalan, Maritim
KEBERADAAN salt house atau rumah garam ‘BUMDes Wijaya Kusuma Desa Banyusangkah Kecamatan Tanjung Bumi menjadi harapan baru bagi nelayan setempat, untuk kebutuhan pengasinan dan pengawetan ikan hasil tangkapan para nelayan setempat.
Kepala Desa Banyusangkah Abdus Syukur mengungkapkan, kendati baru berproduksi tiga bulan namun rumah garam ini mampu mengurangi tingkat kebutuhan garam bagi para nelayan. Ungkap Syukur beberapa hari lalu: “Dengan lahan 2.000 meter persegi saja, rumah garam ini mampu memproduksi 10 ton garam per bulan”.
Dijelaskan pula, kemampuan produksi rumah garam dapat dipastikan akan makin meningkat lantaran di Desa Banyusangkah masih terhampar 40 hektar lahan tidur milik para nelayan. Untuk itu, Kades Banyusangkah mempersilakan apabila terdapat nelayan yang berkeinginan untuk bergabung dengan mendirikan rumah garam. Ia yakin dengan sistem penuaan seperti ini produk garam yang dihasilkan akan mampu mencukupi kebutuhan ratusan ton garam domestik.
Tidak seperti umumnya lahan-lahan tambak konvensional di Banyusangkah. Proses penuaan garam di rumah garam BUMDws itu dilakukan secara tertutup dengan menggunakan plastik geomembran. Kendati tambak garam konvensional terpaksa harus terhenti berproduksi saat menghadapi musim hujan, rumah garam binaan PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) dan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu tetap dapat berproduksi.
Lebih jauh dikatakn: “Selama tidak melaut karena kondisi cuaca, nantinya para nelayan akan dapat beraktifitas di rumah garam. Kegiatan sampingan ini tetap bernilai ekonomis, karenA harga garam lokal itu dapat mencapai Rp 60.000 per sak atau sekitar Rp 1,25 juta per ton”.
Terkait sinergi dengan nelayan yang dilakukan, General Manager PHE WMO Kuncoro Kukuh mengungkapkan, gagasan pembangunan rumah garam itu berawal dari rasa keprihatinan pihaknya. Jelasnya: “Dengan lahan garam konvensional, Bangkalan hanya menyumbang 0,3% dari total produksi garam di Pulau Madura Padahal potensi lahan untuk pembangunan rumah-rumah garam tersedia guna memenuhi kebutuhan garam di Bangkalan khususnya di Desa Banyusangka cukup tinggi. Bersama petani garam, kepala desa, dan UTM akhirnya kami dirikan rumah garam. Kami juga perkuat dengan kelompok tani agar program ini dapat berkelanjutan”.
Mengenai mutu garam yang dihasilkan, GM OHE WMO menjelaskan, salinitas garam dengan sistem rumah garam tersebut mampu meningkatkan NaCl hingga 70 sampai dengan 72%. Meskipun belum mampu memenuhi standar garam industri, namun garam dari salt house Desa Banyusangka sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan garam bahan pangan, yang berarti juga memberi nilai tambah bagi para nelayan. ***AYU/Sub/Maritim.