JAKARTA – MARITIM: Indonesia kini sedang dilirik beberapa perusahaan industri elektronika dan telematika kelas dunia. Lewat pernyataannya mereka berminat menanamkan investasi di kawasan Batam dan sekitarnya mulai tahun depan.
Sementara angin segar lainnya, untuk memperluas pasar ekspor produk industri elektronika dan telematika nasional ke depan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengadakan satu pameran berskala cukup besar di Afrika Selatan (Afsel).
“Pertama kita akan landing (mendarat-red) di Afrika mengadakan pameran lalu menindaklanjuti perusahaan-perusahaan besar dunia yang sudah menyatakan komitnya berinvestasi di Batam,” kata Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, Janu Suryanto, dalam percakapan bersama wartawan, di Jakarta, kemarin.
Kedua kegiatan besar itu, menurutnya, akan jadi program jangka pendek pemerintah pada 2019. Sehingga dapat mendongrak pertumbuhan industri elektronika dan telematika ke depan. Dengan cara memperbesar angka ekspor.
“Pameran di Afrika penting dilakukan. Karena kita ingin memperluas pangsa pasar ekspor produk ke berbagai negara di kawasan non tradisional tersebut. Apalagi, Sharp dalam waktu dekat akan mengekspor sebanyak 1 juta unit televisi ke negara India,” ujar Janu.
Sedang komitmen perusahaan kelas dunia berinvestasi di Indonesia diawali perusahaan elektronik asal Taiwan, Pegatron Corporation, yang akan bekerjasama dengan PT Sat Nusa Persada Tbk. Disusul kemudian Xiaomi, OPPO Electronics Corp dan lain sebagainya.
“Di Afrika, pasar kita belum tergarap banyak. Memang sebelumnya sudah ada, tapi tidak banyak, makanya kita perlu buat lebih banyak lagi. Caranya dengan mengadakan pameran di sana. Sehingga produk kita lebih banyak lagi dikenal,” ucapnya.
Ditambahkan, peluang ke Afrika lumayan cukup besar, ketimbang harus bersaing dengan yang sudah lebih dahulu eksis. Kesulitannya cukup besar.
Janu, yang baru dilantik jadi Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin oleh Menperin, mengaku optimistis dengan berbagai rencana program kerjanya itu. Apalagi, belakangan ini dirinya banyak didatangi tamu yang menyampaikan rencana-rencana bisnis ke depan. Termasuk soal rencana ekspansi bisnis ke daratan Afrika produk mesin cuci dan kulkas.
Dipilih Afrika, ungkapnya, karena peluang ekspor ke negara-negara Afrika masih cukup besar. Ketimbang harus berhadapan dengan China di daratan Eropa dan lainnya.
“Kalau Sharp saja mampu mengirim 1 juta unit televisi ke India, kan artinya pasar ke negeri berpenduduk terbesar kedua di dunia setelah China itu, sangat besar sekali. Sedang di Afrika kita bisa menarget pasar ke Mesir, Uni Emirat Arab dan lainnya,” urai Janu.
Makanya di Afrika, sambungnya, produk kita bukan yang biasa saja. Tapi harus diversifikasi produk dan khas. Sehingga diminati pasar. Misalnya, produk mesin cuci khusus untuk hijab, sesuatu yang beda dengan produk China.
“Inovasi produk, kecil tapi punya nilai jual tinggi, atau kita buat televisi yang ada adzannya,” ucapnya.
Ditanya soal upaya memajukan industri elektronika dan telematika tanah air lainnya, Janu menilai, perlu ada restrukturisasi mesin industri elektronika dan telematika bagi kepentingan produksi.
“Diutamakan tujuan ekspor. Sehingga ekspor bisa meningkatkan. Seperti program restrukturisasi mesin tekstil. Bukannya bantuan mesin produksi pendidikan di sekolah-sekolah. Sehingga tidak mubazir dan dapat menghasilkan,” harap Janu. (M Raya Tuah)