JAKARTA – MARITIM : Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peninjauan gudang dan kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi harga (KPSH) di gudang Bulog. Sementara orang pertama Bulog, Budi Waseso (Buwas), menjamin pihaknya tidak akan mengimpor beras sampai batas waktu Juli 2019 mendatang.
Peninjauan tersebut didampingi Dirut Perum Bulog, Buwas, Menko Perekonomian, Darmin Nasution dan Mendag Enggartiasto Lukita.
Kedatangan Jokowi itu untuk memastikan harga beras stabil dan pasokan tersedia aman serta cukup sesuai keputusan ratas beberapa waktu lalu.
“Sesuai instruksi presiden, Bulog terus melaksanakan kegiatan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium di pasar-pasar strategis,” kata Buwas di gudang Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (10/1).
Menurut Jokowi, langkah Perum Bulog belakangan ini yang gencar menggelar operasi pasar, adalah untuk membuat harga beras turun.
“Buktinya memang trennya mulai turun. Karena beberapa hari ini Bulog melakukan operasi pasar besar-besaran,” katanya.
Ditambahkan, harga itu akan terus turun, karena masa panen makin dekat. Yaitu di Februari dan Maret serta panen raya.
Saat ini, stok beras di gudang Bulog mencapai 2,1 juta ton, tergolong besar dan aman. Bila dibandingkan pada 2017. Di mana stok hanya 800 ribu ton.
“Sebuah stok yang memang besar. Kalau kita lihat dulu, sudah Desember itu pasti segini nih (jumlah sedikit), wah ini masih banyak sekali. Oleh sebab itu stok ini harus kita pakai untuk menjaga harga bahan pokok ini terutama beras bisa sedikit turun,” ungkapnya.
Sedangkan untuk kegiatan operasi pasar, saat ini beras Bulog yang sudah digelontorkan sebanyak 37.017 ton, atau sepanjang 2018 sebanyak 544.649 ton. Tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Di tempat sama Buwas menegaskan, hingga Juli 2019, Indonesia tidak akan melakukan impor beras. Hal itu karena pada Februari sampai Juli sudah memasuki waktu panen. Sehingga stok dinyatakan aman.
“Sampai Juli tahun ini kita tidak impor. Kita sudah punya peta daerah mana saja yang akan panen di seluruh Indonesia,” katanya.
Dijelaskan, dari sebanyak 2,1 juta ton itu, sekitar 1,7 juta ton dari yang tersimpan adalah beras impor. Di samping itu, pihaknya juga sudah mengosongkan beberapa gudang di daerah surplus, tujuannya untuk dapat menyerap beras petani saat dilakukan panen dalam negeri pada Februari hingga masa panen raya mendatang.
Setelah Juli 2019, sambungnya, kebutuhan beras dalam negeri akan dihitung lagi. Tapi impor baru akan dilakukan bila memang ada kebutuhan.
“Seperti yang dikatakan Pak Presiden tadi, kalau ada kebutuhan, kita impor. Kalau tidak, ya tidak usah,” katanya. (M Raya Tuah)