SECARA politik, Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di garis Khatulistiwa dan memiliki keberagaman suku dan agama, serta merupakan negara demokrasi terbesar di dunia.
“Dengan negara yang memiliki ribuan pulau dan hamparan laut yang sangat luas, menjadikan Indonesia negara paling stabil. Untuk itu, industri galangan kapal sangat penting untuk menunjang Indonesia sebagai poros maritim dunia,” kata Direktur PT Global Expo Management (GEM Indonesia), Baki Lee, menjawab Maritim, di Jakarta, Jumat (25/11).
Menurut Lee, program tol laut pada hakikatnya menciptakan konektivitas dalam skala besar. Sehingga mendorong industri galangan kapal untuk memaksimalkan produktivitas dengan jumlah yang lebih besar.
Hal ini tidak lepas dari dukungan penuh dari pemerintah, untuk bagaimana Indonesia mampu memproduksi kapal serta komponen pendukungnya sendiri.
“Kabar baiknya, kondisi industri galangan kapal kini sedang dalam kondisi prima. Namun, untuk kapal besar yang digunakan sektor pertambangan minyak bumi masih kecil. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi nilai angkut minyak yang semakin tinggi dan mengalami penurunan yang signifikan,” ujarnya.
Di sisi lain, industri galangan kapal Nusantara tengah mengalami kejutan ekonomis, karena industri ini didorong untuk memaksimalkan produksi kapal nelayan dan kapal angkut barang dan jasa.
Tapi disayangkan, sambung Lee, barang-barang domestik belum bisa seluruhnya diangkut oleh kapal-kapal nasional. Pasalnya, produksi kapal-kapal skala besar atau tonase besar masih minim. Ini pula yang mengakibatkan penurunan nilai angkut hasil pertambangan, jasa dan barang.
“Soal nilai angkut barang domestik, Indonesia belum dapat mengangkut barang domestik secara keseluruhan, karena jumlah barang yang diangkut lebih besar dibanding jumlah kapal yang ada,” urainya.
Tidak Sebanding
Di sisi lain, ungkapnya, manajemen tol laut belum benar-benar terintegrasi, karena pelabuhan-pelabuhan di seluruh Nusantara belum dibangun secara maksimal. Akibatnya, pengangkutan barang tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
“Saya percaya, 2-3 tahun mendatang, tol laut mencapai 50%. Untuk mengatasinya, daerah-daerah yang memiliki pelabuhan dan dilewati kapal-kapal harus memiliki potensi barang maupun jasa. Sehingga kapal yang mengangkut barang dari satu daerah, saat kembali juga mendapat muatan. Karena itu, pelabuhan yang akan dibangun harus benar-benar memadai untuk kenyamanan masyarakat yang memanfaatkan jasa angkut barang,” imbuh Lee.
Sebagai sumbangan untuk industri maritim, GEM Indonesia akan menyelenggarakan Inamarine 2016 di Surabaya, pada 30 November – 2 Desember 2016. Pameran diharapkan akan mendorong shipowner, galangan kapal dan komponen pendukungnya untuk memaksimalkan produksi di negeri sendiri.
Di samping itu, Inamarine mendorong pemerintah untuk mendukung sepenuhnya agar negeri ini mampu memproduksi kapal beserta komponennya. Sekaligus memperkenalkan potensi laut dan kekayaan laut di ranah internasional. Sehingga berbagai potensi tersebut dapat dikenal dan diperhitungkan oleh berbagai negara di dunia. (M Raya Tuah)