TIM Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali menyatakan bahwa pelayaran kapal feri jarak jauh rute Surabaya menuju Lombok, NTB, diharapkan memperlancar arus distribusi barang dan jasa serta meminimalkan kepadatan lalu lintas di Pulau Dewata.
“Saat ini sudah ada jalur langsung dari Surabaya ke Lembar, sehingga itu akan memperlancar lalu lintas di darat. Jadi Jawa-Lombok tidak perlu melalui Bali, mudah-mudahan ini memperlancar distribusi di Bali,” kata Wakil Ketua TPID Bali, Causa Iman Karana di Denpasar, yang dikutip Antara, Sabtu.
Menurut dia, dengan adanya jalur pelayaran jarak jauh Surabaya-Lombok itu juga dapat menekan beban kepadatan lalu lintas di Bali terutama yang biasanya terjadi di jalur Gilimanuk-Denpasar.
Dengan kemacetan berkurang, maka diharapkan memberikan kelancaran distribusi barang termasuk mobilitas wisatawan juga tidak terganggu.
Causa yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali itu mengharapkan agar truk yang membawa komoditas pangan dari Jawa menuju Pulau Dewata diprioritaskan di Pelabuhan Gilimanuk.
Bila perlu, ada dermaga khusus yang mengatur jadwal keberangkatan kendaraan yang membawa logistik ke Bali, mengingat selama ini arus distribusi barang masih bercampur dengan arus penumpang.
Dengan kelancaran distribusi, diharapkan dapat menjaga stabilitas kebutuhan pangan dan meminimalkan biaya produksi sehingga inflasi dapat ditekan.
Sebelumnya pada Kamis (1/12), PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mengoperasikan perdana layanan feri jarak jauh lintas Surabaya-Lombok menggunakan KMP Legundi.
PLT Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Faik Fahmi mengatakan pelayaran Surabaya-Lombok dijadwalkan dua kali dalam satu minggu, dengan waktu pelayaran sekitar 21 jam.
Dari Surabaya berangkat hari Senin dan Kamis, dari Lombok hari Rabu dan Sabtu. Sebagai perbandinga perjalanan Surabaya-Lombok melintasi jalur darat dan penyeberangan Jawa-Bali, waktu tempuh perjalanan bisa mencapai lebih dari 30 jam.
Dengan layanan feri jarak jauh, Faik optimistis dapat mengurangi biaya logistik dan mendukung sektor pariwisata setempat.
Bahkan layanan feri jarak jauh tersebut juga mampu mengurangi kepadatan lalu lintas darat yang diharapkan mengurangi kepadatan lalu lintas di Bali, sehingga kenyamanan pariwisata dapat lebih terjaga dan efisiensi waktu, biaya operasional dan pemeliharaan truk.[]