Perusahaan-perusahaan pada sektor industri kimia hilir yang memperoleh fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) dapat dipastikan memiliki peningkatan daya saing produk di pasar global. Pasalnya, dari pemberian insentif setiap tahun tersebut tercapai pengurangan dalam jenis dan jumlah yang diimpor.
“Peningkatan daya saing tersebut saat ini tengah terjadi pada industi plastik. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), peningkatan investasinya mencapai 200 kali lipat. Ini luar biasa,” kata Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Teddy C Sianturi, usai sosialisasi implementasi BMDTP bersama PT Surveyor Indonesia, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/12).
Menurut Teddy, semakin bertambahnya permintaan bahan baku plastik di dalam negeri, kebutuhan bahan baku plastik terus meningkat tapi masih dipenuhi dari impor.
Penguatan industri kimia dari struktur hulu ke hilir, membuat pemerintah harus menyediakan berbagai fasilitas insentif investasi sampai adanya BMDTP ini. Tujuannya untuk memacu peningkatan kapasitas industri kimia nasional. Langkah itu juga diharapkan dapat memberi nilai tambah yang optimal dan mampu menghasilkan produk yang dapat mensubititusi pasokan impor.
“Peningkatan daya saing terjadi berupa pengurangan dalam jenis dan jumlahnya. Artinya, dalam negeri sudah mulai sinergi, sehingga perusahaan yang menerima BMDTP memiliki daya saing. Bahkan mereka sudah banyak yang ekspor. Ini bisa terlihat dari limbah plastik non B3 (Barang Beracun Berbahaya) yang di reekspor,” urai Teddy.
Untuk itu, tambahnya, prospek industri plastik dan karet hilir Indonesia cukup potensial dikembangkan, karena banyak dibutuhkan oleh industri lain dan memiliki variasi produk yang beragam.
Potensi pengembangan industri ini terlihat dari konsumsi yang tinggi dan aplikasi yang luas untuk sektor industri lain. Seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetik, elektronik, otomotif serta sektor lainnya.
“Coba dicek, apa ada pabrik plastik yang tutup. Kan tidak ada. Lain kan dengan pabrik otomotif,” ungkapnya.
Usulan Rp 100 miliar
Di tempat sama, Proyek Manager PT Surveyor Indonesia, M Yusuf Hermawan mengatakan pada 2017 usulan BMDT untuk sektor industri plastik mencapai Rp 100 miliar, dengan jumlah 42 perusahaan dan tujuh jenis barang. Di susul BMDTP sektor kosmetik senilai Rp 15 miliar dengan 46 jenis barang dan enam perusahaan. Sementara sektor polyester berlapis logam dan kaca film satu perusahaan dengan nilai Rp 900 juta dan tujuh jenis barang.
Pelaksanaan BMDTP pada 2016, sambung Yusuf, dari rencana Rp 111,7 miliar realisasinya sebesar Rp 68,9 miliar atau 61,75%.
“Kami berharap pada 2017 realisasi BMDTP di sektor kimia hilir itu bisa mencapai 70-75%, karena pada 2016 sudah mencapai 61,75%,” jelas Teddy.
Yusuf menambahkan, pemberian fasilitas BMDTP ini untuk meningkatkan daya saing, meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan negara.
“BMDTP dapat diberikan dengan ketentuan barang dan bahan tersebut belum diproduksi di dalam negeri. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. Atau sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi untuk kebutuhan industri,” urainya.*** M Raya Tuah