Maritim, Jakarta
Sebagai bagian dari komitmen melahirkan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan, PT. Suzuki Indomobil Sales (SIS) selaku agen pemegang merek mesin kapal, Suzuki Outboard Motor (OBM) mengadakan ‘Sea Trial & Fishing Contest’ dengan menggunakan kapal bermesin produknya itu. Dalam hal ini, Suzuki lebih konsentrasi terhadap produk mesin jenis 4tak.
Kali ini Suzuki memberikan kesempatan kepada awak media untuk merasakan langsung ketangguhan maupun teknologi ramah lingkungan dari Suzuki OBM. Uji keandalan mesin Suzuki OBM dilakukan selama 2 hari (Kamis dan Jum’at, 9 – 10 Maret 2017) di perairan Pulau Seribu.
Dalam siaran pers sebelum keberangkatan ke Pulau Seribu, Kensuke Ikeda selaku Departemen Head of Outboard PT. SIS menyatakan, Mesin OBM 4Tak dari Suzuki merupakan mesin yang ramah lingkungan dan juga mampu memberikan efisiensi dalam penggunaan bahan bakar dengan teknologi Lean Burn. Mesin keluaran Suzuki ini memiliki varian yang bermacam-macam dan cocok untuk diaplikasikan untuk para nelayan dan juga pecinta olah raga air, seperti memancing dan menyelam (diving) serta menjadi andalan dalam bisnis transportasi laut.
“Dengan diadakannya acara ini diharapkan rekan-rekan dapat memiliki pengalaman menjelajah lautan dengan mesin Suzuki.”katanya.
Salah satu keunggulan dari Suzuki OBM adalah pengaplikasian Lean Burn Fuel System yang membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih efisien. Teknologi ini mampu membuat konsumsi bahan bakar lebih hemat hingga 14% dibandingkan dengan mesin konvensional. Untuk sisi performa, penggunaan 2-stage Gear Reduction, Offset Driveshaft dan juga Timing Chain yang dilengkapi dengan Self Adjusting Technology memberikan performa yang maksimal pada mesin Suzuki OBM.
Selain itu, terdapat pula New Multi-Function Gauge yang memberikan informasi lengkap tentang putaran mesin/tachometer, kecepatan, dan juga bahan bakar yang memudahkan pengguna mesin Suzuki OBM memantau keadaan kapalnya. Tak ketinggalan Suzuki OBM juga dilengkapi dengan Precision Control System, yang mengatur throttle dan shifting secara elektronik menggunakan electronic remote control. Sistem ini membuat respon throttle menjadi lebih cepat dan perpindahan gigi menjadi lebih halus.
Tak hanya itu Suzuki OBM (khusus mesin dengan PK besar/seri AP) juga memiliki keunggulan teknologi yang bernama Suzuki Selective Rotation. Pada mesin OBM konvensional propeller hanya dapat berputar satu arah, searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan jarum jam (counter clockwise). Dengan adanya teknologi ini propeller pada mesin Suzuki OBM dapat berputar ke dua arah. Suzuki OBM merupakan salah satu unit bisnis Suzuki di Indonesia, selain mobil dan motor.
Hadir lebih dari 20 tahun di Indonesia, Suzuki OBM fokus menghasilkan mesin 4-tak yang memiliki keandalan sesuai dengan tagline Suzuki OBM, Ultimate 4-Stroke Outboard. Dengan berbagai teknologi dan keunggulan yang ada, mesin Suzuki OBM menjadi pilihan tepat bagi para pelaku bisnis transportasi dan pehobi olahraga dan aktivitas air. Performa prima Suzuki OBM juga didukung oleh perawatan yang mudah didapat di 17 jaringan resmi Suzuki OBM yang tersebar di Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Manager Sales Marketing Suzuki Marine, Handayani menambahkan, produk mesin 4tak memang pembelian awal lebih mahal ketimbang 2tak, namun dalam perjalanannya biaya bahan bakar jauh lebih efisien yang 4tak ketimbang 2tak, sebagai ilustrasi, jika pembelian untuk mesin 200 PK jenis 4 tak harganya sekitar Rp202 juta dan jenis 2tak harga Rp140,5 juta, maka selisih pembelian (investasi awal) memang lebih mahal 4tak dan selisih Rp61,5 juta. Namun untuk kurun waktu 1,5 bulan saja, biaya bahan bakar jika memakai 4tak maka akan menghemat sekitar Rp63,1 juta daripada mesin jenis 2tak.
DIkatakan, Suzuki Marine memiliki 39 jenis produk mesin tempel, mulai dari kategori House Power (HP) kecil (2,5 – 30 HP atau PK), kategori menengah (HP 30 – 90) dan kategori besar (115 – 300 PK) dengan harga tarendah Rp8,2 juta hingga harga teratas Rp332 juta. Market Share Suzuki Marine di sektor ini menurut Handayani berdasarkan data importasi jenis produk ini adalah sekitar 13 persen. [A.Habib].
