Perum Bulog memastikan ke depan pihaknya tidak akan melakukan operasi pasar (OP) lagi. Karena, OP tidak akan efektif untuk menekan harga bahan-bahan pokok.
“Sebenarnya, Bulog tidak melakukan OP, tapi gerakan stabilisasi harga (GSP). Apalagi, OP yang abal-abal, yang hanya akan dicibir oleh pasar,” kata Dirut Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, di Kantor Pusat Perum Bulog, di Jakarta, pekan lalu.
Selama ini, ujarnya, OP hanya dinikmati oleh pedagang-pedagang pasar. Di mana saat Bulog menggelar OP, pedagang pasar langsung memborong bahan-bahan pokok yang disediakan oleh Bulog.
“Karena kami menjual bahan-bahan pokok di bawah harga pasar. Saya tahu, bawang putih misalnya, saat harga Rp60.000, saya jual Rp22.000. Pasti angka penjualan saya terbatas. Kedua, harga yang jauh pasti dimakan oleh mereka (pedagang pasar) dan langsung diganti dengan harga mereka (pedagang pasar) lagi. Seperti itulah OP abal-abal,” tegasnya.
Dijelaskan, saat ini Perum Bulog terus menggelontorkan bahan-bahan pangan pokok ke pasar, yang hasilnya cukup efektif menekan harga. Apalagi, saat ini stok bahan pokok Bulog cukup untuk konsumsi masyarakat hingga Idul Adha mendatang.
“Khusus bawang putih, ketika harga Rp60.000, kami jual Rp38.000. Setelah mulai turun, kita jual Rp35.000 terus Rp30.000,” Katanya.
Saat ini, Bulog memiliki stok bahan pokok beras 1,79 juta ton, yang cukup untuk penyaluran Rastra delapan bulan ke depan. Lalu bawang merah sebanyak 45,91 ton, bawang putih 215,94 ton, gula pasir 373.000 ton dan daging sapi sebanyak 66,37 ton.
Di samping itu masih ada jagung sebanyak 62.900 ton, daging kerbau 30.000 ton, kedelai sembilan ton dan minyak goreng sebanyak 820.000 liter. (M Raya Tuah)