NASIB PENYU DI BALI: YANG MENETAS DAN YANG TEWAS

Karangasem – Maritim

SATWA lindung penyu (Lepidochelys Olivacea) yang dalam bahasa Bali disebut badawang, di Pulau Dewata sering menemui nasib yang bertolak belakang satu dengan lainnya. Meskipun dalam legenda terciptanya Pulau Bali, penyu raksasa dengan nama kedewataan Sanghyang Nala dengan tugas mendasari Pulau Bali agar tidak terguncang ketika Gunung Agung meletus. Tetapi kemudian untuk keperluan upacara yadnya, daging penyu menjadi salah satu yang harus ada ketika membuat banten. Ketika menyadari bahaya kepunahan, maka pemerintah mengambil inisiatip membangun lokasi konservasi yang di Bali terletak di Pulau Serangan Denpasar Bali tengah, perairan Karangasem Bali timur dan Perancak Jembrana di Bali barat.

Kabar gembiranya, awal pekan ini puluhan tukik anakan penyu hijau menetas di pesisir Pantai Puri Bagus, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Karangasem. Puluhan anak penyu langka dan dilindungi tersebut ditemukan pada (10/7) sekitar pukul 23.00 WITA seorang turis asing yang menginap di salah satu hotel yang ada di Candi Dasa. Menurut Nyoman Satra salah satu staf hotel dekat lokasi penemuan yang merupakan kawasan bertelurya penyu hijau ini, merupakan kejadian pertama menetas setelah hampir 27 tahun. Temuan itu

kemudian dilaporkan ke pihak keamanan hotel, yang emudian bersama beberapa pegawai langsung menuju lokasi penemuan dengan membawa box berisi air laut untuk selamatkan puluhan tukik tersebut, selanjutnya menghubungi kepolisian perihal penemuan itu.

Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut penemuan puluhan tukik itu, hari Selasa (11/7/017) pukul 08.30 WITA, AKBP I Wayan Gede Ardana Kapolres Karangasem bersama anggota Polair Polres Karanga‎sem melepas 30 ekor tukik penyu hijau langka tersebut ke habitatnya. Ujar Kaplores: “Saya berharap agar penyu tetap jadi satwa yang dilindungi di Bali, kita harus selaras antara manusia dengan lingkungan serta bersama-sama ikut menjaga keseimbangan alam juga menumbuhkan rasa kepedulian terhadap hewan apapun terlebih hewan langka yang patut kita lestarikan keberadaannya. Karenanya, saya perintahkan agar anggota Polair Karangasem mengintensifkan pemantauan di areal pantai Candidasa terlebih saat musim-musim penyu bertelur”.

Kalau dari timur muncul berita puluhan tukik penyu hijau menetsa, maka dari barat diberitakan tentang tewasnya seekor penyu jenis lekang yang ditemukan oleh warga Desa Perancak, Jembrana Senin (10/7/2017) di pinggir pantai dalam kondisi tewas. Penyu yang ditemukan warga tersebut merupakan satwa langka yang dilindungi karena terancam punah. Penyu ekang yang ditemukan warga tersebut berukuran panjang cangkang belakang 51 cm dan diperkirakan berumur 15 tahun dengan jenis kelamin betina.

I Wayan Anom Astika aktivis pelestari penyu yang juga Ketua Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih Desa Perancak mengatakan, kematian penyu di pesisir perancak tiap tahunnya sangat kecil. Jelasnya: “Tingkat kematian penyu di pesisir pantai Perancak sangat sedikit, tetapi tiap tahunnya selalu ada dan sulit diketahui penyebabnya. Kami duga sebab kematian penyu itu disebabkan keracunan. Atau bisa juga disebabkan karena tersangkut di jaring nelayan”. ***ERICK A.M. 

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *