Jakarta, Maritim
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menuntaskan konsep produk dan proses pengembangan kendaraan pedesaan. Yang selanjutnya, industri otomotif di Indonesia dipacu untuk mampu memproduksinya sebagai alat angkut hasil pertanian dan perkebunan.
“Konsep kendaraan ini memiliki mobilitas yang bisa digunakan di seluruh daerah pedesaan. Bentuknya semi pikap, di mana belakangnya bisa dipasang alat mesin pertanian dan perkebunan, seperti untuk membawa kelapa sawit,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, saat ditemui di Jakarta, Jumat (1/9).
Menurut Airlangga, dua prototipe kendaraan pedesaan yang telah selesai dibangun Kemenperin, adalah Generasi 2A dan Generasi 2B. Purwarupa ini nantinya bisa disempurnakan pelaku industri yang ingin mengembangkannya.
“Jadi, kendaraan ini juga tidak hanya bisa dipakai offroad, tapi juga bisa masuk ke jalan-jalan desa di luar jalan tol,” ujarnya.
Ditambahakan, prototipe kendaraan niaga multiguna tersebut, telah melalui sejumlah pengujian. Di antaranya, uji keselamatan di Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor, Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Termasuk, pengujian emisi di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sedangkan dari Institut Otomotif Indonesia (IOI), prototipe ini akan lebih dikembangkan, sehingga dapat diproduksi sesuai kaidah-kaidah manufaktur.
Hingga kini, sudah ada beberapa perusahaan dalam negeri yang berminat mengembangkan mobil pedesaan ini, seperti PT Fin Komodo di Jawa Barat. Kemudian CV Karya Hidup Sentosa (produsen traktor Quick) di Yogyakarta dan PT Astra Otoparts Tbk di Bekasi, yang telah melakukan ekspor perdana mobil pedesaan bermerek Wintor ke Malaysia.
Menperin menyampaikan, pihaknya terus menjalin komunikasi dengan pelaku industri otomotif nasional dalam menentukan standardisasi dan melihat peluang pasar ke depan, untuk pengembangan kendaraan pedesaan di Indonesia.
“Kami juga menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) sektor komponen otomotif, guna memacu tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), di mana penerapan TKDN di mobil pedesaan akan dilakukan secara bertahap. Seperti pada pengembangan mobil LCGC atau LCEV,” paparnya.
Dijelaskan, dengan melibatkan IKM lokal diharapkan para pengguna mudah mendapatkan spare part di pasaran dan pemilihan teknologinya sesuai kondisi alam dan demografi di Indonesia. Yang akhirnya akan dicapai kemandirian industri otomotif nasional melalui penguasaan teknologi kendaraan oleh anak bangsa sekaligus membantu meningkatkan perekonomian di pedesaan.
Di sisi lain, kendaraan pedesaan ditargetkan jadi salah satu langkah nyata menopang program pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan. Pasalnya, unsur pendukung untuk pencapaian ketahanan pangan, adalah peningkatan produksi. Makanya diperlukan kendaraan yang dapat membantu produktivitas dan memobilisasi hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Sehingga mendorong peningkatan kegiatan perekonomian.
Selain jadi alat transportasi yang produktif dan laik jalan, lanjut Airlangga, kendaraan ini akan disiapkan dengan harga terjangkau. Dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc dan dijual lebih murah dari LCGC. Yaitu di bawah Rp100 juta,” tuturnya.
Ribuan komponen dari IKM
Sementara Dirjen IKM Kemenperin, Gati Wibawaningsih, mengatakan ribuan IKM dalam negeri siap berkontribusi dalam memproduksi komponen kendaraan pedesaan ini. Terutama memprioritaskan IKM lokal untuk terlibat dalam program yang sedang dikembangkan oleh Kemenperin.
“Untuk implementasinya, Kemenperin akan menggandeng sentra-sentra IKM komponen otomotif di Tegal (50 IKM), Klaten (10 IKM), Purbalingga (138 IKM), Sidoarjo (134 IKM), Juwana (30 IKM), Pasuruan (49 IKM), Sukabumi (20 IKM) dan Bandung (15 KM). Selain itu, Kemenperin menggandeng 123 IKM yang tergabung dalam Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (Pikko),” hitung Gati.
Ditambah 250 IKM karoseri di Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Utara. Kemudian 600 IKM alat dan mesin pertanian di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT.
Menyoal pasokan bahan baku, lanjutnya, Kemenperin telah melibatkan PT Krakatau Steel. Bahkan, kini tengah dibuat IKM terpadu di Halmahera, untuk memastikan ketersediaan bahan baku dapat terjaga dengan baik.
Di samping itu, kata Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), I Gede Putu Suryawirawan, Kemenperin tengah mengusulkan beberapa insentif fiskal maupun non fiskal untuk produsen yang memproduksi kendaraan pedesaan kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Salah satunya adalah PPnBM 0 persen.
“Kalau LCGC saja bisa 0 persen, harusnya kendaraan pedesaan juga 0 persen,” ucap Putu.
Hal lain, perusahaan yang melakukan rancang bangun dan rekayasa di dalam negeri dapat diberikan tax holiday selama 10 tahun untuk PPh Badan serta Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang rendah untuk seluruh Indonesia. Kemudian, pembebasan bea masuk untuk permesinan pendukung program ini dan pemberian fasilitas investasi.
Kemudian fasilitas training inkubator after sales, desain lini produksi, standarisasi perakitan, prototipe jig dan fixture hingga Hak Kekayaan Intelektual Design Engineering. Langah ini untuk mencapai visi Indonesia jadi basis produksi industri otomotif dan komponen kelas dunia. (M Raya Tuah)