CCSBT: BAHAS PENANGKAPAN TUNA BERKELANJUTAN

Yogyakarta  – Maritim

KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadi tuan rumah acara membahas penangkapan ikan tuna secara berkelanjutan, yang digelar akhir Agustus-awal September 2017 di Yogyakarta. Sasaran perhelatan ilmiah yang bertajuk The 22-nd Extended Scientific Committee of The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) itu, utamanya adalah pembahasan strategis pengelolaan wilayah penangkapan tuna dan ekspor hasil penangkapan tuna ke pasar Eropa.

Zulficar Mochtar, Kepala Badan Riset & Sumber Daya Manusia Kelautan & Perikanan (BRSDM KP) mengatakan, keanggotaan Indonesia pada CCSBT merupakan bentuk perhatian khusus pemerintah kepada pengelolaan tuna, bukan saja tuna Indonesia namun tuna dunia. Hal tersebut disampaikan saat membuka kegiatan tersebut. Kata Zulficar: “Ikan jenis tuna ini banyak diminati, terus berkembang teknik penangkapannya selama beberapa tahun terakhir hingga perlu dipastikan agar dikelola secara berkelanjutan. Pada pertemuan keilmuan ini dilakukan review total catch yang ada, total produksi dan berbagai aspek lainnya”.

Dalam gelaran juga dilaporkan sejauh mana manajemen serta compliance terhadap aturan yang disepakati anggota. Tuna sebagai migratory species, tak bisa dikelola Indonesia sendiri dan tak bisa diputuskan sendiri, tetapi perlu bersama mitra lain, bagian dari migrasi tuna dunia. Pertemuan ilmiah seperti ini berperan penting untuk memberi saran bagi para manajer memastikan sumber daya ikan dikelola dengan baik, guna wujudkan kesejahteraan bagi semua orang, melalui industri berdasar prinsip keadilan.

Toni Ruchimat, Kepala Pusat Riset Perikanan – BRSDM KKP, yang “didaulat” sebagai pimpinan delegasi Indonesia perhelatan itu menjelaskan, pertemuan ini merupakan bentuk diplomasi keilmuan perikanan southtern bluefin tuna (tuna sirip biru selatan) di komunitas regional CCSBT. Ia jelaskan: “Dalam mengambil keputusan, resolusi, CCSBT tidak langsung begitu saja, tetapi ada mekanismenya. Salah satunya berdasarkan hasil scientific meeting ini, yang akan jadi materi pada working group serta working party. Melalui laporan riset masing-masing anggota tunjukkan kepatuhan terhadap resolusi hasil pertemuan sebelumnya”.

Untuk Indonesia, Loka Riset Perikanan Tuna di Bali merupakan unit kerja KKP yang melaksanakan riset pengelolaan tuna. Stok tuna sirip biru selatan Indonesia sendiri terus meningkat. Pada 2008 berjumlah 750 ton, pada 2017 terdapat 899 ton tuna. Keberadaan tuna ditaksir terus meningkat menjadi 1.023 ton pada rentang tahun 2018 hingga 2020. CCSBT merupakan bagian Regional Fisheries Management Organizations (RFMO’s) yang memiliki kewenangan memastikan manajemen penangkapan tuna yang berkelanjutan serta mengatur konservasi serta manajemen stok tuna. Indonesia telah jadi anggota tiga RFMO’s lainnya, yaitu The Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) dan Western and Central Pasific Fisheries Commision (WCPFC) serta Cooperating Non Member Inter America Tropical Tuna Commission (IATTC) .

Dalam pertemuan di Yogya baru-baru ini juga dibahas dukungan dunia terhadap pemberantasan Illegal Unreported and Unregulated Fishing (IUUF) . Pungkas Zulficar: “MelluiKementerian KP, Indonesia juga mendorong tekad penangkapan ikan tuna yang berkelanjutan. Yang dibahas bukan hanya produksi tuna saja, melaikan juga keberpihakan kepada nelayan kecil termasuk isu IUU Fishing juga perlu di-address , semangat itu kita masukan dalam agenda diskusi”. ***ERICK A.M.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *