Pertumbuhan Industri Nasional Triwulan II/2017 Mencapai 7,5%

Menperin Airlangga Hartarto saat memberikan keterangan pers didampingi Irjen Kemenperin Soerjono dan Sekjen Kemenperin Haris Munandar
Menperin Airlangga Hartarto saat memberikan keterangan pers didampingi Irjen Kemenperin Soerjono dan Sekjen Kemenperin Haris Munandar

Jakarta, Maritim

Pertumbuhan Industri pengolahan non migas triwulan II/2017 tercatat masih tertinggi dibanding pertumbuhan perekonomian nasional. Saat ini, industri manufaktur nasional kinerjanya makin positif, seperti cabang industri logam yang mencapai 7,5 persen. Atau mengalami pertumbuhan tertinggi di atas pertumbuhan ekonomi pada triwulan II/2017.

Read More

“Cabang industri lainnya yang tinggi di antaranya industri kimia, farmasi dan obat tradisional mencapai 7,38 persen, industri makanan dan minuman 7,19 persen serta industri mesin dan perlengkapan 6,72 persen,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, pada jumpa pers ‘Capaian 3 Tahun Kinerja Kemenperin dalam Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla’, di Jakarta, Senin (23/10).

Menurut Menperin, industri pengolahan non migas juga memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 17,94 persen, terbesar dibandingkan sektor lainnya. Seperti pertanian, kehutanan dan perikanan sekitar 13,92 persen. Kemudian konstruksi 10,11 persen dan pertambangan serta penggalian 7,36 persen.

Sehingga, tambahnya, Indonesia menduduki peringkat keempat setelah Korea Selatan dengan sumbangan 29 persen. China 27 persen dan Jerman 23 persen.

Karena itu, Kemenperin terus memacu hilirisasi industri, guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Program hilirisasi industri berbasis agro dan tambang mineral telah menghasilkan berbagai produk hilir antara lain turunan kelapa sawit, stainless steel dan smartphone.

Di mana, kapasitas produksi kelapa sawit dan turunannya pada 2017 meningkat jadi 60,75 juta ton dibanding 2014, yang mencapai 49,7 juta ton. Ditargetkan dua tahun ke depan sebesar 65 juta ton. Untuk jumlah ragam produk hilir kelapa sawit pada 2014 sekitar 126 produk dan periode 2015-2017 meningkat jadi 154 produk. Ditargetkan 2018-2019 lebih dari 170 produk. Demikian juga rasio ekspor produk hulu hilir kelapa sawit meningkat dari 34 persen CPO dan 66 persen turunannya menjadi 22 persen CPO dan 78 persen produk turunan kelapa sawit.

Di sektor logam terjadi peningkatan hilirisasi yang juga signifikan, di mana pada periode 2015-2017 telah berproduksi industri smelter terintegrasi, dengan produk turunannya berupa stainless steel. kapasitas dua juta ton dan diprediksi akan terus meningkat hingga tiga juta ton pada akhir 2019. Jika dibandingkan dengan 2014 hanya mencapai 65 ribu ton produk setengah jadi berupa ferro nickel dan nickel matte.

Sementara itu, kapasitas produksi smartphone pada periode 2015-2017 meningkat jadi 26,55 juta unit dibandingkan dengan 2014, yang mencapai 18,65 juta unit. Produksi semen pada 2015-2017 juga naik jadi 112,97 juta ton dibanding 2014 sebesar 69,45 juta ton.

Kemenperin juga mengarahkan pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa, penumbuhan populasi industri serta peningkatan daya saing dan produktivitas industri. Untuk mendorong penyebaran industri yang merata sekaligus mewujudkan Indonesia sentris difasilitasi pembangunan kawasan industri khususnya di luar Pulau Jawa.

Pada 2015 hingga 2017 telah dibangun tiga kawasan industri baru di Pulau Jawa dan tujuh kawasan industri baru di luar Pulau Jawa dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 38.432 orang. Untuk kawasan industri baru di luar Pulau Jawa yang telah beroperasi, antara lain di Sei Mangkei (Sumatera Utara), Morowali (Sulawesi Tengah), Bantaeng (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah) dan Konawe (Sulawesi Tenggara).

Airlangga melihat, potensi pembangunan kawasan industri masih cukup besar, dengan adanya sumber kekayaan alam yang tersebar. Sehingga pada dua tahun mendatang diprediksi pertumbuhan kawasan industri baru akan terus meningkat, dengan dibangun delapan kawasan industri baru di luar Pulau Jawa, yang potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 296,3 ribu orang.

Terkait peningkatan daya saing dan produktivitas industri nasional, kata Menperin, beberapa kebijakan inovatif telah ditelurkan. Di antaranya, program pendidikan vokasi, yang mengusung konsep link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri. Tujuannya adalah menghasilkan tenaga kerja yang trampil sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. (M Raya Tuah)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *