Jakarta, Maritim
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) tegas menolak keras wacana dibukanya kran ekspor kayu gelondongan (Log) dan bahan baku rotan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Karena dengan adanya wacana seperti itu menimbulkan gangguan untuk mencapai target ekspor mebel dan kerajinan sebesar US$5 miliar per tahun.
“Di sisi lain, wacana itu meresahkan para pelaku usaha yang bergerak di bidang barang jadi. HIMKI minta kepada pemerintah untuk tidak menindaklanjuti dan menghapus wacana kembali dibukanya kran ekspor bahan baku log dan bahan baku rotan. Karena berpotensi menggerus permintaan ekspor mebel dan kerajinan serta merusak iklim industri di dalam negeri,” tegas Ketua Umum HIMKI, Soenoto, kepada wartawan, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, dengan munculnya wacana saja sudah banyak potensi pindahnya permintaan produk mebel dan kerajinan ke negara lain. Bahkan beberapa pelaku usaha sudah merasakan kerugian yang cukup besar. Karena para buyer yang membatalkan pesanan hingga 40 persen.
HIMKI melihat, sampai saat ini masih ada pihak-pihak yang menginginkan dibukanya kran ekspor log dan bahan baku rotan, dengan berbagai alasan. Seperti rendahnya daya serap di dalam negeri dan lain sebagainya.
Mereka menginginkan ekspor log dan bahan baku rotan karena menganggap lebih praktis dan menguntungkan dengan mengekspor bahan baku ketimbang ekspor barang jadi berupa mebel dan kerajinan. Padahal anggapan itu salah besar dan tak masuk akal.
“Saat ini, para pelaku usaha sudah semakin susah mendapatkan bahan baku yang berkualitas. “Dengan demikian, apabila kran ekspor bahan baku dibuka akan terjadi penurunan daya saing industri dalam negeri,” ujarnya.
Dikatakan, mayoritas anggota HIMKI merupakan usaha kecil dan menengah, padat karya dan akan terkena dampak langsung akibat kekurangan bahan baku dan rotan. Bahkan ujungnya industri ini bisa tutup dan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja yang pada gilirannya menimbulkan kerawanan sosial.
Wacana ekspor log merupakan langkah mundur mengingat pemerintah telah menggalakkan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan dampak berganda. Selain itu, kebijakan pembukaan kran ekspor log dan bahan baku rotan juga akan menguntungkan negara-negara importir, yang telah lama menunggu kebijakan itu untuk memenuhi pasokan bahan baku industri mereka.
“Karena itu saya mengajak Kemendag dan kementerian terkait duduk bersama membicarakan sistem tata kelola yang seimbang agar industri dalam negeri dapat bersaing di pasar global,” ungkap Soenoto.
Di samping itu HIMKI meminta Kemendag untuk tidak spekulasi membuat regulasi terkait dibukanya kran ekspor log dan bahan baku rotan. Kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat menjalankan perannya secara proporsional antara lingkungan hidup dan industri hilir rotan.
“Bagaimana mereka bisa buat regulasi kalau datanya saja tidak lengkap,” kata Soenoto.
Sekjen HIMKI, Abdul Sobur, menambahkan industri mebel dan kerajinan membutuhkan jaminan pasokan bahan baku dalam jangka panjang dan lestari. Tapi saat ini saja bahan baku sudah semakin sulit mendapatkannya. (M Raya Tuah)