PERTUMBUHAN realisasi investasi perikanan selama Januari-September 2017 lebih disebabkan ekspansi, ketimbang adanya penanaman modal baru. Yugi Prayanto Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Kelautan dan Perikanan katakan bahwa
sepengetahuannya, dari sisi perikanan tangkap, budidaya, maupun pengolahan tidak ada investasi baru yang signifikan.
“Untuk bidang pengolahan, terutama yang trading ke Jepang, lebih karena perluasan investasi yang sudah ada sekarang” kata Yugi akhir pekan lalu.
Menurut Yugi, realisasi investasi perikanan tangkap yang meloncat 59,7% menjadi Rp.640 miliar, justru bertolak belakang dengan kejadian di lapangan. Yudi mengungkapkan proses perpanjangan izin saat ini tidak mudah karena otoritas lebih selektif.
Berdasar data Ditjen Penguatan Daya Saing Kementerian Kelautan dan Perikanan disebutkan realisasi investasi selama 9 bulan di tahun ini naik 2,6% secara tahunan menjadi Rp.4,4 triliun. Realisasi di bidang usaha pengolahan perikanan naik tipis 0,4% (year on year), menjadi Rp,2,3 triliun, paling tinggi di antara bidang usaha lain. Penyumbang terbesar kedua adalah perikanan budidaya yang menyodok hingga ksaran 317,7% ke posisi Rp.936 miliar. Selanjutnya perikanan tangkap meloncat 59,7% menjadi Rp640 miliar.
Bertolak-belakang dengan angka-angka tersebut, usaha perdagangan perikanan anjlok 19,8% menjadi Rp.377 miliar. Usaha jasa perikanan jatuh 85,4% menjadi Rp.129 miliar.
Memungkasi penjelasannya, Yugi katakan: “Saya tetap berteriak bahwa masa depan kita bertumpu pada usaha perikanan budidaya. Langkah Itu merupakan salah satu solusi di tengah kurang kondusifnya perikanan tangkap. Perlu dikethui bahwa perikanan budidaya itu lebih terukur, dapat dibiayai bank, tetapi kontribusinya masih 2%”. ***ERICK A.M.