BERDASAR pemahaman terhadp erupsi Gunung Agung masih berada pada status awas, pariwisata di Bali makin terpuruk. Kini hampir semua penerbangan dari luar negeri membatalkan jadwal penerbangannya ke Bali. Pihak Angkasa Pura menyatakan terdapat 35 penerbangan internasional yang batal masuk ke Bali. Hal itu dijelaskan Yanus Suprayogi General Manager Angkasa Pura, di sela sela Coffe Morning Kantor Bea Cukai Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pekan lalu. Menurutnya, penurunan jumlah penerbangan ini mencapai 40-50%%, dengan dominasi penerbangan dari Tiongkok dan Jepang.
“Kami perkirakan terjadi penurunan berkisar 40% sampai 50% untuk penerbangan internasioal. Sedang untuk penerbangan domestik tercatat lebih tinggi. Kendati demikian untuk penerbangan international sangat memprihatinkan, karena terdapat 35 penerbangan yang batal dan sudah di-schedule-kan untuk di-cancel” jelas Yanus.
Diakui, penurunan 40% hingga 50% dihitung berdasar rerata 60.000 penumpang per hari, hingga tinggal tersisa 30.000 penumpang. Namun Yanus tidak berani membuat prediksi apakah penurunan penerbangan ini akan berlangsung hingga pergantian tahun. Ungkapnya: “Saya tak dapat katakan seperti itu. Tetapi memang terdapat indikasi ke arah itu. Karenanya saya selalu ajak rekan media berlomba lomba menyampaikan informasi apa adanya, supaya wisman tetap dapat menikmati objek wisata di Bali dengan tenang dan nyaman”.
Menurut Yanus, bandara sudah lakukan berbagai upaya untuk meyakinkan sejumlah maskapai penerbangan bahwa kondisi Bali cukup aman dan nyaman bagi kegiatan wisata. Karenanya, fihak Angkasa Pura akan terus memberi layanan terbaik, agar wisman yang ada di Bali dan yang akan kembali ke negara mereka, harus aman dan tidak kecewa. Menurut Yanus, fihaknya sudah beri pelayanan transportasi gratis kepada wisatawan, sesuai instruksi Gubernur Bali. Cetusnya: “Kami sudah tahu apa yang harus kami lakukan. Kalau mereka mau masuk ke terminal dan ingin nyaman, akan kami siapkan, agar mereka tak merasa sendirian. Selain itu, mereka bisa merasakan bahwa yang terjadi merupakan musibah”.
Lebih jauh dijelaskan bahwa Angkasa Pura akan terus meng-update dan beri infomsi yang jelas kepada masing-masing maskapai penerbangan terkait situasi mutakhir. Di sisi lain, ia akui adanya kekhawatiran pihak maskapai penerbangan untuk datang ke Bali, antara lain karena kemungkinan kian turunnya pemesanan seat yang berpengaruh pada pendapatan, sementara biaya operasi tetap tinggi.
Terkait itu, Yanus berhadap agar awak media menyampaikan berita yang berimbang. Menurutnya selama ini media massa tiak pernah memberitakan objek wisata di Bali yang aman dan nyaman, dan cenderung lebih banyak memberitakan erupsi Gunung Agung dan pengungsian, hingga banyak negara asalturis yang mengeluarkan travel warning mencegah warganya untuk tidak datang ke Bali.
Mengakhiri penjelasan, Yanus berucap: “Beritakan bahwa obyek wisata lain di luar zona terdampak masih aman, dan gencar mengekspos obeyk wisata secara berramai-ramai, supaya recovery lebih cepat. Kalau dari bandara sudah lancar semua, tetapi kalau kurang dukungan dari media, kondisinya akan terus berlanjut seperti ini”..***ERICK A.M.