INGIN AWET MUDA ? KUNJUNGI GILI IYANG !

Sumenep – Maritim

MENYONGSONG gelaran “Visit Sumenep 2018”, ada baiknya dilakukan eksplorasi terhadap kekayaan wisata di kawasan yang oleh A. Habib Redakur Maritim biasa disebut Songenep, di ujung timur Pulau Madura. Di samping Gili Genting dengan pantai yang jadi ikon Kabupaten Sumenep, Gili Iyang juga mempunyai daya pikat sebagai kawasan wisata kesehatan. Pulau ini terkenal sebagai lokasi yang memiliki kadar oksigen 21,5%. Berdasar penelitian Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jawa Timur, kadar oksigen Gili Iyang lebih tinggi dari rerata daerah lain yang hanya sebesar 20%.

Terkait hal itu, Arief Yahya Menteri Pariwisata, beberapa waktu lalu berucap: “Bila ingin lebih mengenal pulau ini, silakan datang dan coba menghirup oksigen terbaik di sana. Kunjunan ke Gili Iyang, tak hanya akan menambah wawasan, tetapi juga akan menambah panjang umur dan …… awet muda”.

Kandungan oksigen tinggi di Gili Iyang tak hanya berasal dari banyaknya pepohonan yang masih rimbun, melainkan juga dari perputaran udara di pantai yang ditumbuhi banyak pohon sehingga membuat suasana cukup sejuk dan terhindar dari terik matahari. Gili Iyang juga jauh dari polusi karena jarangnya kendaraan bermotor. Kandungan karbondioksida hanya sekitar 265, sementara tingkat kebisingannya hanya 36,5 deciBell. Jadi, tak heran jika warga Gili Iyang banyak yang berumur panjang. Kakek dan nenek yang berumur 80 tahun masih terlihat bugar dan sehat. Konon bahkan ada yang sampai berumur 175 tahun.

Menurut Pemkab Sumenep, pada tahun 2015 kawasan yang memiliki kadar oksigen terbaik kedua di dunia setelah Jordania, sudah dicanangkan sebagai obyek wisata kesehatan, yang berpotensi menjadi rujukan wisatawan. Untuk gelaran promosi “Visit Sumenep 2018”, Pemda telah mamatok jargon “Gili Iyang, Pulau Awet Muda” sebagai salah satu destinasi wisata yang dipasarkan, selain Gili Labak dan Gili Genting yang lebih awal dikenal. Saat ini pembangunan di Gili Iyang tergolong paling pesat dibanding dengan pulau-pulau lain yang juga menjadi kawasan wisata. Pavingisasi sudah menyentuh semua jalan desa. Demikian juga peran masyarakat setempat sudah mulai tampak, antara lain dengan jadikan kediaman mereka sebagai homestay. Namun para petinggi di Kabupaten Sumenep masih merasa perlu lakukan promosi, agar benar-benar layak jual.

Gili Iyang sangat sesuai sebagai obyek wisata keluarga. Untuk menuju Gili Iyang tidak perlu mengeluarkan budget “mencekik leher”. Sesampai ke kota Sumenep, untuk menuju ke Gili Iyang, wisatawan menuju ke Pelabuhan Dungkek yang berjarak sekitar 28 KM dari pusat kota Sumenep. Banyak mobil penumpang umum yang ada setiap waktu, dari kota Sumenep menuju Pelabuhan Dungkek, dengan tarif Rp 20.000. Bila menggunakan kendaraan pribadi, roda dua maupun roda empat, bisa titip di rumah warga tak jauh dari Pelabuhan Dungkek. Karena lokasi pelabuhan yang dekat Markas Kepolisian, keamanannya pasti terjamin

Dari pelabuhan Dungkek menuju Gili Iyang, banyak perahu motor milik nelayan yang siap mengantar wisatawan, dengan biaya opa sataretanan (ongkos pertemanan) Rp 15.000 – Rp.20.000 per orang. Perahu reguler berangkat pukul 10.00 WIB. Bila berangkat bersama rombongan, pengunjung bisa menyewa perahu berkapasitas angkut maksimal 30 orang, dengan tarif pergi-pulang Rp 500.000. Tetapi untuk rombongan kecil dapat juga menyewa perahu yang ukurannya lebih kecil, dengan tarif sekitar Rp 200.000. Dari pelabuhan Dungkek menuju Gili Iyang dapat ditempuh pada cuaca normal antara 45 – 60 menit. Bida pole (lain lagi) kalau cuaca tak bersahabat.

Tiba di pantai Gili Iyang, untuk menuju ke obyek wisata titik oksigen terbaik di desa Bancamara, dapat menyewa odong – odong, kendaraan roda 3 khas Gili Iyang. Bila punya banyak waktu untuk tinggal, wisatawan bisa bermalam di homestay yang menyatu dengan pemilik rumah, dan mereka akan menyiapkan pula sarapan pagi. Di Gili Iyang, wisatawan dapat nikmati obyek wisata berupa 7 guwe (goa) di Banra’as dan 3 di Bancamara. Seperti dengan di Gili Labak, masih banyak warga yang tak menguasai bahasa Indonesia, dan hanya menggunakan bahasa Madura. Karenanya, agar tak kesulitan berkomunikasi hingga bolak-balik mendengar kalimat tak oneng (tidak tahu), sobung (habis), mator kasoon (terimakasih) atau nyara lenggi (silahkan duduk), disarankan manfaatkan guide yang juga penerjemah.

Berita keunggulan kandungan oksigen Gili Iyang, berkat unggahan lewat dunia maya sudah mulai terdengar di luar negeri. Mengantisipasi hal itu, tentunya Pemkab Sumenep tak hanya akan berhenti sekedar menjual obyek wisata dalam kemasan konvensional. Mungkin, kedepan Gili Iyang dapat ditawarkan kepada investor yang berminat menanamkan modal di segmen health and wellness yang kini diminati. Senyampang segmen ini sedang tren, ada baiknya dirancang pengembangan wisata bertema back to nature guna memperbaiki fisik dan mental, lewat treatment berdasar ayurvedic, be active, rejuvenation atau stress management. Juga dapat lewat akupuntur, hydrotherapi, yoga, pilatesatau pijak refleksi.

Tentu saja, program ”pijat plus-plus”, sangat terlarang di lingkup budaya Madura yang dikenal menjunjung tinggi moralitas dan religi. Nga’jeriya taretan ?! ***ERICK ARHADITA

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *