PENGEMBANGAN BANDARA NGURAH RAI DENGAN REKLAMASI

Bali – Maritim

SELAMA ini terdapat kesan, krama Bali termasuk masyarakat yang alergi terhadap reklamasi dengan cara mengeruk laut, kemudian hasilya digunakam menimbun dumping area, agar jadi daratan baru sebagai tambahan lahan produktif. Alasan penolakan reklamasi, didasari fenomena bahwa Pulau Bali dengan keterbatasan lahannya, kian hari  makin terasa sempit, karena terjadinya migrasi yang terpicu pertumbuhan pariwisata. Selain itu, dari sisi sekala (factual-materiil) reklamasi perairan pantai, dikhawatirkan dapat merusak ekosistem. Sedang dari sisi niskala (metafisis-immateriil) acap kali bertabrakan dengan  nilai-nilai sakral di lingkup budaya lokal.

Gejolak pertama yang pernah mengemuka, antara lain  reklamasi yang direncanakan Bali Turtle Island Development (BTID) terhadap perairan Pulau Serangan untuk membuka akses menyambung pulau kecil di depan Pelabuhan Benoa dengan daratan Pulau Bali. Hal itu sempat mengusik ketenangan Pulau Dewata, karena di Pulau Serangan terdapat pura Sakenan peninggalan mPu Kuturan, penyebar ajaran agama Hindu di Bumi Banten. Mutakhir, gejolak menentang reklamasi juga terjadi sejak tahun 2014, yang terpicu rencana reklamasi di semenanjung Benoa.

Kendati demikian, atas dasar pertimbangan kebutuhan lahan untuk mengembangkan Bandar Udara Internasonal I Gusti Ngurah Rai di Kabupaten Badung yang kian padat akibat derasnya pertumbuhan kunjungan pesawat udara jalur internasional maupun domestik, PT Angkasa Pura I berencana melakukan reklamasi guna memperluas parking stand dan apron area, hingga jumlah pesawat terpakir bisa ditambah saat gelaran Internationl Monetery Fund-World Bank (IMF-WB) Annual Meeting pada Oktober 2018 nanti.

Yanus Suprayogi General Manager PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai mengatakan saat gelaran IMF-WB 2018 nanti, akan terdapat sekitar 15.000 orang anggota delegasi yang masuk melalui bandara Ngurah Rai Bali. Jumlah ini belum termasuk pesawat komersil. Hingga, agar pergerakan penumpang terlaksana dengan baik maka pengembangan apron perlu dilakukan. Jelasnya: “Pengembangan apron hanya dapat dilakukan di perairan laut, karena tidak ada lahan lagi yang dapat digunakan. Sebenarnya, ada dua cara yang ditempuh bila mengembangkan apron di laut. Pertama dengan membangun tiang pancang. Kedua dengan melakukan reklamasi. Hanya saja, bila menggunakan tiang pancang maka pergerakan pesawat akan terbatas. Menurut prediksi, dengan menggunakan teknologi tiang pancang,  kita harus berhenti beroperasi 12 jam”.

Dikatakan pula, pilihan paling memingkinkan adalah dengan melakukan reklamasi. Adapun ketinggian tanah yang direklamasi yakni 3 meter. Menurutnya, apabila rencana itudisetuui, maka pengerjaan reklamasi akan lebih enak lagi. Sebab operasional bandara bisa berjalan normal. Sebab yang perlu dikerjakan hanya mengurug pantai yang bertumpu pada batu karang.

Selain rencana pengembangan apron dan parking area dengan reklamasi PT Angkasa Pura I berencana memperpanjang landasan pacu dari 3.000 menjadi 3.400 meter,  untuk menambah slot time penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Yanus Suprayogi menambahkan penjelasan, bahwa saat ini Bandara Ngurah Rai mampu memberikan hingga 27 slot time penerbangan. Sementara, setiap tahun, pergerakan penumpang terus tumbuh, sehingga slot time juga memerlukan ditambah lagi.

Kepada Maritim Yanus ungkapkan: “Pengembangan landasan pacu atau runway ini merupakan tahap kedua setelah dilaksanakan konstruksi fisik perluasan parking stand dan apron area Bandara Ngurah Rai untuk mendukung gelaran IMF-WB 2018. Pengembangan sarana dan prasarana terkait moda transportasi udara, harus segera dilakukan, karena Bali merupakan ikon utama pariwisata Indonesia, hingga semua orang ingin ke sini”.

Sementara, untuk mewujudkan rencana reklamasi guna mengembangkan apron dan runway tersebut, pihaknya mengaku sudah berbicara dengan pemangku adat, fihak pejabat daerah hingga akademisi di Bali. Dalam pembicaraan tersebut, hampir semua fihak sudah menyetujui rencana reklamasi. Pungkas Yaus: “Yang tersirat, semuanya memberi dukungan. Untuk itu, kami tinggal menunggu suratnya”. ***ERICK A.M.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *