Virus Klowor Menyerang Indramayu, Panen Padi 2018 Dipastikan Mundur

ilustrasi
ilustrasi

Indramayu, Maritim

Di awal tahun 2018 ini, lahan tanaman padi di wilayah Indramayu, Jawa Barat, dipastikan tidak bakal terjadi panen dalam waktu dekat. Pasalnya, sebagian besar areal persawahannya masih hijau oleh tanaman padi. Alias, baru mulai tanam.

“Mungkin umurnya baru 10-20 hari. Kami perkirakan panen baru terjadi awal April 2018 mendatang,” cerita Caya, salah seorang petani di Desa Tegak Girang, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (161/1).

Indramayu, sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat, kini tengah diserang virus Klowor. Hama wereng cokelat serta tikus. Misalnya, lahan petanian milik Caya, yang diserang virus klowor hingga dua bahu.

Akibatnya, petani mengeluhkan biaya produksi yang membengkak. Karena harus membeli berbagai obat-obatan pencegah seharga Rp180.000 per bungkus. Selain itu masih harus disibukkan dengan biaya pengeluaran sewa traktor Rp800.000 sekali pakai, tandur Rp900.000 hingga pupuk Rp230.000. Ditambah obat-obatan pestida lainnya pencegah hama hawar daun sebesar Rp260.000 dan pengendali wereng batang cokelat Rp110.000.

“Sehingga kalau ditotal bisa mencapai Rp6 juta untuk menggarap lahan satu bahu. Belum nanti untuk panen, saya harus keluarkan lagi biaya Rp800.000 untuk bayar tenaga perontokan padi.” hitungnya.

Sebelum diserang virus Klowor, petani di Indramayu bisa panen padi berkisar 5-7 ton per hehktare. Namun sejak munculnya virus Klowor hasil panen padi paling banyak dua tin per  hektarr.

Sementara secara terpisah, Kepala Seksi Analisa Harga dan Pasar (Gasar) Sub Divre Bulog Indramayu, Pensilius Siburian, mengatakan pada musim tanam musim 2017 lalu banyak lahan tanaman padi milik petani terserang virus klowor. Beberapa wilayah Indramayu yang terkena meliputi Kecamatan Jatibarang, Widasari, Gabus, Kroya dan Kertasmaya.

Sebab, tambahnya, tanaman padi yang terserang virus klowor akan kerdil dan tidak berbuah. Sehingga petani mengalami kerugian dan akhirnya gagal panen. Padahal, petani umumya belum mengetahui cara mengatasi virus tersebut, karena virusnya termasuk jenis penyakit tanaman yang baru.

“Dampaknya, untuk mencegah serangan virus tersebut, petani sementara waktu tidak menanam padi.” katanya , di Gudang Bulog Tegal Girang, Indramayu.

Menjawab wartawan soal penyarapan gabah, Pensilius memperkirakan, kemungkinan baru akan banyak terjadi di awal April 2018 mendatang. Seiring dengan mulai panennya padi.

“Namun, untuk saat ini belum ada pengadaan gabah/beras, karena memang belum ada panen di Indramayu. Tapi target pengadaan pada 2018 sebanyak 89.000 ton setara beras,” ujarnya.

Sedangkan stok beras yang tersedia di berbagai gudang Subdivre Bulog Indramayu sebanyak 11.000 ton. (M Raya Tuah)

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *