GUNA perkokoh kompetensi kemandirian industri kapal selam, PT PAL Indonesia (Persero) mengajukan tambahan modal dari pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp1,29 triliun. Budiman Saleh, Direktur Utama PAL Indonesia mengatakan selain penambahan PMN, pihaknya juga tengah mengajukan usulan modal kerja sebesar Rp600 miliar kepada pemerintah. Ungkapnya: “Tetapi, kami tak tahu berapa yang disetujui.
Pada 2013, kami pernah meminta PMN Rp2,5 triliun yang rencananya akan digunakan untuk pengembangan industri kapal selam secara keseluruhan. Namun, pemerintah hanya setuju menyuntik modal perusahaan sebesar Rp1,5 triliun, yang kemudian kami lakukan beberapa tindakan prioritas sehingga kami bisa melakukan joint section production yang telah dimulai pada April 2017”.
Adapun, proposal penambahan PMN PAL Indonesia sudah dalam proses dan kini tengah diajukan ke Kementerian BUMN. Terkait implementasi pengembangan industri, perseroan kini juga melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala kepada kapal selam yang dimiliki Indonesia, di antaranya KRI “Cakra” dan KRI “Neggala”. Selain itu, PT PAL juga berharap pemesanan kapal selam jenis Kasel U-209 yang dilakukan oleh TNI dapat terus berlanjut. Menurut rencana, pengerjaan kapal selam pesanan TNI tersebut dapat rampung pada Desember 2018 atau awal kuartal I/2019.
Saat ini PT PAL juga memproyeksi terjadi peningkatan kontrak kerja menjadi Rp.4,2 triliun sepanjang tahun ini. Menurut Dirut Budiman Saleh target itu tumbuh jika dibanding dengan realisasi kontrak yang berhasil dicapai perseroan pada 2017. Jelasnya: “Berdasar penetrasi yang kami lakukan sampai Desember 2017 sudah terwujud hasil carryover kontrak sekitar Rp3,9 triliun. Peningkatan nilai kontrak tersebut kami harap bisa diraih, terutama dari produk-produk andalan seperti adalah kapal Strategic Sealift Vessel (SSV) serta kapal cepat rudal (KCR)”.
Selain itu, amanat UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan dan Keputusan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Nomor 12 Tahun 2013 diharapkan membuat perusahaan asal Kota Pahlawan tersebut dapat meningkatkan posisi strategis sebagai lead integrator kapal kombatan. Sebab kalau kapalnya adalah kapal perang, maka dalam UU diamanatkan kepada PT PAL. Tetapi, kalau hanya sekedar kapal yang dilengkapi senapan mesin dan lain-lain, bisa dibangun BUMN maupun swasta.
PT PAL Indonesia (Persero) mematok pendapatan tahun 2018 ini akan naik dua kali lipat dibanding tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp 1,2 triliun. Tahun ini ditarget mampu naik menjadi Rp 2,4 triliun. Dikonfirmasi seusai menghadap Wakil Presiden RI, Budiman Saleh menjelaskan, ada tahun 2017, telah terjadi pertumbuhan sekitar 2 kali lipat dibanding capaian tahun 2016. Maka untuk tahun 2018 ini, di prediksi juga akan terjadi dua kali lipat. Kata Dirut PT PAL: “Tahun ini kami proyeksikan bisa memperoleh kontrak baru senilai Rp 4 triliun. Selain itu juga masih terdapat sisa kontrak yang belum dikerjakan tahun lalu sebesar Rp 3 triliun. Karena itu, book order value-nya lumayan tinggi. Kami perkirakan mencapai besaran sekitar Rp7 triliunan”.
Terkait besaran laba yang dicapai oleh perusahaan yang dipimpinnya, Budiman Saleh menyatakan belum bisa menyebutkan, karena saat ini belum tutup buku. Ujarnya: “Untuk laba usaha tahun lalu, belum dapat disebukan secara rinci, karena kami belum tutup buku. Namun target untuk tahun 2017 cukup positif, dibandingkan dengan 2016 yang ada di level negatif. Harus diakui tahun 2016 merupakan masa sulit untuk PT PAL”.
Lebih jauh, Dirut PT PAL mengungkapkan keinginan untuk bisa terlibat penggarapan kapal tanker PT Pertamina. Hal tersebut bisa menjadi implementasi dari sinergi BUMN yang saat ini tengah canangkan pemerintah. Fihaknya berharap dapat ikut membangunan tanker 17.500 DWT dan 30.000 DWT yang dipesan oleh Pertamina kepada swasta dapat dialihkan kepada PT PAL. Sebelumnya PT pernah melakukan kerja sama dengan perusahaan minyak negara itu terkait pengadaan 2 kapal tanker 17.500 DWT. Namun, terjadi keterlambatan pengiriman selama 1 tahun dan 2 tahun yang disebabkan tergulingnya kapal milik Pelni di depan salah satu pintu docking PAL, hingga, kapal yang sudah seharusnya selesai tidak bisa ditarik keluar. Saat ini, utilitas fasilittas produksi kapal permukaan PAL baru sebesar 28%-29%. Diharapkan, dengan semakin banyaknya pesanan kapal yang digarap oleh perseroan, utilitas produksi bisa mencapai 50% pada tahun ini. ***ERICK A.M.