DOKTOR Heri Supomo, dosen Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menciptakan prototype kapal berbahan dasar bambu, sebagai alternatif pengganti kapal berbahan kayu yang saat ini kian langka. Bambu, dengan kekuatan lebih tinggi dibanding kayu, keamanan yang lebih terjamin, serta harga yang 50% lebih murah dari kapal kayu. Inovasi menggunakan bambu sebagai pengganti kayu, didasi pemikiran bahwa populasi melimpah dan memiliki masa panen sangat singkat dibanding kayu. Jelasnya: “Bambu bisa dipanen dalam waktu tiga tahun, sedang kayu baru dapat dipanen saat 25 hingga 30 tahun tanam”.
Sejak tahun 2008 Heri sudah merintis penelitian. Ujar peraih Medal of Distinction dari Royal Institute of Naval Architects (RINA) Inggris: “Dalam pra penelitian selama 2-3 tahun, saya mulai membentuk tim dan lakukan kajian-kajian pustaka. Setelah menemukan dasar-dasar yang memerkuat penelitian, kami lanjut pada tahap penelitian dasar, dengan menggandeng beberapa dosen dan mahasiswa bekerjasama meneliti kekuatan, mekanikal propertis, sifat-sifat fisis, dan konsep-konsep dasar pemilihan material”.
Pada penelitian dasar yang dilakukan, didapat jenis bambu dengan kualitas terbaik, yaitu Jenis bambu betung yang setelah dilaminasi memiliki nilai kuat tarik dan tekan lebih baik daripada kayu jati, berdasar hitungan sebesar 130 N/mm2 dan 50.73 N/mm2 serta renggangan mencapai 8,93%. Berdasar perhitungan, kekuatan konstruksi dengan bambu laminasi didapatkan pengurangan tebal kulit sebesar 27% pada kapal ikan 30 GT dibanding dengan kayu jati. Hal itu menunjukkan bambu laminasi memiliki ketahanan dan elastisitas yang baik ketika diberi beban tarik maupun tekan.
Menurut Heri pendiri paguyuban Laskara yang menaungi industri galangan kapal di seluruh Jawa Timur tersebut: “Proses pembuatannya juga lebih mudah dan fleksibel karena tidak ada ukuran baku, tetapi menyesuaikan kebutuhan pembuatan kapal. Setelah konsep-konsep dasar penelitian rampung, kami teruskan dengan penelitian terapan, terhadap kapal bambu kapasitas 60 GT dengan panjang kurang dari 24 meter. Kemudian diterapkan dengan permodelan struktur menguji kekuatan bahan bambu untuk kapal dengan beban di laut.
Hingga saat ini, Heri dan tim tak henti-hentinya melakukan inovasi, antara lain terkait bambu yang akan diaplikasikan sebagai perabotan kapal. Penelitian ini menarik perhatian beberapa universitas di Inggris dan Jerman, hingga ia sepakat berkolaborasi penelitian.Pria yang kerap diundang presentasikan penelitiannya di Eropa itu berencana mengomersilkan kapal bambu. Pungkasnya: “Sebelum mengomersilkan, saya ingin dirikan pabrik bilah kayu terlebih dahulu. Kalau sudah melewati bagian tersulit ini, mudah untuk diproduksi. Selain
itu, saya berharap bambu makin dibudidayakan karena tak hanya berfungsi sebagai bahan konstruksi tetapi juga penahan longsor”.***AYUDHIA/Sub/Maritim