Bulog dan BPS Teken MoU Data Akurasi Ketahanan Pangan

Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti dan Kepala BPS Suhariyanto tengah meneken naskah MoU
Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti dan Kepala BPS Suhariyanto tengah meneken naskah MoU

Jakarta, Maritim

Langkah konkrit dilakukan Perum Bulog dan BPS mengenai penyediaan, pemanfaatan serta pengembangan data dan informasi statistik di bidang pangan.

Peristiwa bersejarah tersebut, kemarin, dibukukan di Kantor Pusat Perum Bulog. Yakni, antara Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti dan Kepala BPS Suhariyanto, yang melakukan penekenan nota kesepahaman (MoU). Dengan tujuan agar kedua belah pihak dapat saling tukar informasi yang saling mendukung dan dibutuhkan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penugasan pemerintah.

Dirut Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, mengatakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2016, Perum Bulog ditugaskan untuk menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan, baik di tingkat konsumen, maupun produsen. Sehingga terwujud ketahanan pangan nasional.

“Maka dari itu, Perum Bulog membutuhkan data-data dari BPS sebagai media pendukung dalam perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi. Sehingga kegiatan bisnis Bulog ke depan berjalan baik tanpa mengurangi independensi dari BPS,” katanya.

Di samping itu, sambung Djarot, data BPS yang diamati dan dirilis akan jadi bagian dari peringatan dini dalam menentukan strategi penugasan dan komersialisasi Perum Bulog.

Sementara Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kerja sama ini untuk sementara masih fokus pada komoditas beras, sebagai pangan utama rakyat Indonesia. Sedangkan untuk jagung akan mulai uji coba tahun depan.

Ditambahkan, tipe data yang dikumpulkan masih berupa realisasi pengamatan sebelumnya, belum berupa data proyeksi. Sementara untuk rilis data ke publik mungkin per 6 bulan atau 1 tahun.

“Kita punya data beras di penggilingan, lalu stok beras di masyarakat, seperti di rumah tangga dan lain-lain. Kita akan kumpulkan dan saling tukar data. Kan Bulog juga punya data stok beras di gudangnya,” ujarnya.

Dikatakan, pihaknya menyambut baik langkah Perum Bulog ini, terutama untuk membina hubungan baik dengan BPS. Yang memiliki fasilitas dan peralatan analisis mutu pangan dalam pencatatan informasi dan data pangan.

“Kami nanti menggunakan metodologi Kerangka Sample Area. Setiap bulan diambil sekitar 192.000 titik pengamatan yang koordinatnya dimatikan. Dengan demikian, petugas harus datang ke lokasi membawa ponsel dan mengamati. Apakah sawah tersebut sedang panen, busung, vegetatif satu, vegetatif dua dan seterusnya,” urai Suhariyanto.

Adapun MoU tersebut terdiri atas 8 butir strategis, yaitu penyediaan data dan informasi statistik melalui kegiatan perencanaan, pengumpulan, pengolahan, analisis serta penyajian data dan informasi statistik di bidang pangan. Pemanfaatan data dan informasi statistik di bidang pangan. Pengembangan sistem informasi statistik di bidang pangan dan dukungan fasilitas dan peralatan analisa mutu pangan.

Yang lain, pelaksanaan kegiatan lainnya yang bersifat strategis dalam rangka penugasan yang diberikan oleh pemerintah. Bersama-sama melakukan monitoring di lapangan terkait pasokan serta harga pangan. Pengembangan SDM di bidang statistik serta bidang pangan dan pengembangan kerja sama kelembagaan lainnya yang terkait dengan bidang statistik serta bidang pangan.

Menjawab soal impor beras, Djarot menjelaskan, Bulog segera menyelesaikan kewajiban importasi beras tahap dua sebanyak 219.000 ton hingga pertengahan tahun ini. Negara yang mengirim beras tetap Vietnam dan Thailand.

Jumlah tersebut merupakan sisa dari total kuota impor beras sebanyak 500.000 ton yang diputuskan pemerintah pada awal tahun ini. Di mana pada tahap pertama, importasi beras telah terlaksana sebanyak 261.000 ton dari Vietnam dan Thailand, kemudian masuk sebesar 10.000 ton dari India. Akhir bulan ini sebesar 10.000 ton dari India akan kembali masuk ke Indonesia. Sehingga total impor beras tahap pertama sebanyak 281.000 ton.

Sedangkan pada tahap dua ini, Djarot menargetkan, total beras impor yang akan masuk hingga akhir Maret sebanyak 420.000 ton. Sebanyak 80.000 ton akan masuk hingga batas akhir impor pada bulan Mei-Juni mendatang.

Bulog akan terus melakukan intervensi pasar dengan menggelontorkan stok beras yang dimiliki. Yakni saat ini i Bulog punya stok beras sebanyak 600.000 ton. (M Raya Tuah)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *