SEIRING membaiknya kinerja ekonomi global dan negara mitra dagang utama Bali, yang terdiri AS, Australia, dan Jepang, diprediksi ekspor Bali akan mengalami peningkatan pada kuartal I/2018. Berdasar World Economic Outlook (WEO) IMF, diperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,9% secara year-on-year (yoy) dibanding realisasi 2017 yang sebesar 3,7%. Tahun ini, ekonomi AS diproyeksi meningkat 2,7% dibanding 2017 yang sekitar 2,3%. Juga ekonomi Australia dan Jepang diprediksi naik lebih tinggi dibanding dengan 2017.
Causa Iman Karana, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali jelaskan: “Mengacu hasil survei, peningkatan kinerja ekspor komoditas luar negeri juga diprakirakan didorong upaya pengembangan pasar alternatif dan pengembangan produk yang dilakukan pelaku usaha ekspor. Yang dimaksud pasar alternatif di antaranya Timur Tengah dan Rusia”.
Menurutnya kinerja ekspor Bali mengalami pelambatan pertumbuhan pada 2017, dibanding tahun 2016. Ekspor naik 9,26%, lebih rendah dibanding 2016 yang meningkat 14,19%. Hal itu karena melambatnya ekspor jasa, yang hanya tumbuh 9,51% dibanding realisasi 2016 yang mencapai 16,39%. Adapun ekspor barang meningkat 6,67%, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya 4,7%.
Mengacu data BPS Bali, nilai ekspor barang dari Bali tercatat US$ 53,24 juta pada Januari 2018, naik 36,08% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$39,13 juta. Peningkatan nilai ekspor juga terlihat month-to-month sebesar 12,76% dibanding Desember 2017, tercapai US$47,22 juta. Pertumbuhan ini terdorong peningkatan signifikan ekspor ke Uni Emirat Arab (UEA) hingga 4.033,62% menjadi US$3,69 juta. Ekspor ke Aussie dan Prancis juga meningkat, masing-masing US$1,25 juta dan US$1,16 juta. Namun, pangsa pasar ekspor terbesar Bali masih ditempati AS dengan 25,82%. Disususl Tiongkok 9,27%, Australia 8,45%, UEA 7,12%, Jepang 6,49%, dan 22,09% diekspor ke negara-negara lain. Dilihat dari sisi komoditas, kenaikan secara bulanan dipengaruhi oleh peningkatan ekspor pakaian jadi bukan rajutan yang tercatat US$2,49 juta, perhiasan atau permata senilai US$2,07 juta, dan produk kayu/barang dari kayu senilai US$1,4 juta.
Di triwulan pertama 2018 perekonomian Bali diprediksi akan tumbuh lebih tinggi mencapai kisaran 5,73%-6,13% dibanding kuartal sebelumnya, didorong peningkatan di sisi penawaran dan permintaan yang akan meningkat karena naiknya konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit, konsumsi pemerintah, ekspor, dan investasi. Adapun sisi penawaran bersumber dari tumbuhnya kinerja semua lapangan usaha utama Bali, meliputi akomodasi makanan dan minuman (akmamin), pertanian, perdagangan, transportasi, konstruksi, serta industri pengolahan, dipicu beberapa faktor. Adanya peningkatan upah minimum Provinsi (UMP) Bali hingga dua kali dibanding 2017 berlaku awal tahun ikut memicu peningkatan perekonomian.
Selain itu, adanya perbaikan sektor pariwisata sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat membatasi wilayah darurat bencana Gunung Agung. juga faktor musiman perayaan imlek Februari 2018 berpotensi mendorong peningkatan wisman Tiongkok ke Bali. Frekuensi penerbangan charter dari/ke Tiongkok meningkat dan penerbangan langsung dari/ke Tiongkok dibuka kembali sejak 4 Januari 2018. Dibukanya diret flight maskapai Air Asia rute Manila-Bali Maret 2018 serta Garuda Indonesia rute Denpasar-Zhengzhou dan Denpasar-Xi’an mulai 30 Januari 2018 akan meningkatkan perbaikan lebih besar. Kondisi itu ditambah persiapan Pilkada dan perayaan hari keagamaan sangat berpotensi mendorong peningkatan kinerja komponen dan lapangan usaha tersebut. ***ERICK A.M.