BANYUWANGI UNDERWATER FESTIVAL : TARI GANDRUNG DI BAWAH PERMUKAAN LAUT

BANYUWANGI: tiada hari tanpa atraksi seni dan budaya ! Mungkin jargon untuk mendorong

pertumbuhan pariwisata di Tlatah Blambangan, dianggap berlebih oleh mereka yang kurang intens mengamati kembang tumbuhnya kabupaten yang berlokasi di ujung timur Pulau Jawa itu. Namun fakta membuktikan bahwa mulai awal hingga akhir tahun, wilayah yang sepuluh tahun lalu masih dinilai sebagai daerah agraris itu, kini telah lakukan lompatan besar yang berbasis industri pariwisata.   

Read More

 

Sebagai kabupaten dengan garis pantai terpanjang di antara kabupaten lain di JawaTimur, pada pekan pertama April 2018 , Kabupaten Banyuwangi menggelar Underwater Festival, mulai berenang bersama ikan badut (nemo), pesona keindahan dasar laut hingga gelaran Tari Gandrung di bawah permukaan air laut. Festival ini dihelat di pantai Bangsring selama tiga hari, Rabu sampai dengan Jumat (3-5 April 2018). Selain itu, digelar pendidikan bahari, lomba kano, lomba lari sisir pantai, hingga underwater photography.

 

Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi menjelaskan: “Ini merupakan cara kreatif nelayan-nelayan Bangsring untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Tidak hanya menggelar event semata, namun mereka juga menyisipkan edukasi bahari. Para nelayan Bangsring terus menunjukkan perilaku positif untuk mengembangkan daerahnya, sebagai partisipasi dalam memajukan daerah”.

Sementara itu, MY Bramuda Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi jelaskan: “Semua even rerata digelar di Rabu, kecuali lomba lari dan penulisan karya ilmiah yang dilaksanakan hari terakhir. Gandrung penyelam yang digelar di bawah laut mengawali acara, Rabu 4 April, dengan 12 penari gandrung dilengkapi peralatan selam”.

 

Selain menari gandrung di dasar laut, juga digelar kegiatan saintifik, monitoring ikan nemo selama 48 jam nonstop. Penyelaman dan pengamatan ikan karang nonstop ini, merupakan upaya meraih Rekor MURI. Sebelumnya Bangsring Underwater juga pernah mencatat Rekor MURI, pada Banyuwangi Underwater Festival 2016, sebanyak 56 nelayan Dusun Krajan, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo itu, berhasil menyelam selama 28 jam dengan cara bergantian melakukan penyelaman selama 30 menit. Pengamatan nemo ini, juga diikuti tim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) Malang. Bangsring

Underwater merupakan kawasan konservasi bawah laut yang dikelola nelayan yang di tahun  2017 menerima Piagam Kalpataru dari Presiden RI, setelah mampu mengubah mindset dari yang dulunya pengebom ikan, kini aktif lakukan restorasi terumbu karang.

 

Banyuwangi Under Water kali ini akan menyuguhkan tari gandrung, seni tradisional khas Banyuwangi sebagai wujud syukur sehabis panen, diadakan di bawah permukaan laut dan dilakukan 12 penari yang terlatih khusus. Slamet Diharjo instruktur tari gandrung bawah laut jelaskan: “Dibutuhkan waktu empat hari untuk melatih penari yang rerata tak memiliki basic tari. Sulitnya terletak pada menemukan komposisi gerak dan tempo. Saya berusaha berikan  gerak minimal dalam konsep tari gandrung”. 

 

Tak hanya sekedar menari, mereka juga suguhkan atraksi lengkap diiringi musik tradisional Banyuwangi, seperti gong dan kempul dengan pemberat dan diletakkan di dalam air sebagai pengiring. Pada komposisi terdapat 12 orang penari gandrung dan 8 orang penari umbul-umbul, yang semua adalah mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang. Para penari mengaku melakukan persiapan makismal untuk tampil di sini, mulai dari waktu, tenaga dan mental. Diakui menari di dasar laut memiliki tantangan tersendiri, karena harus menyeimbangkan gerak tari degan arus laut.

 

Menilai gelar wisata berbasis laut, Bupati Banyuwangi katakan: “Pemerintah menggaungkan pariwisata bahari sebagai salah satu kekuatan pariwisata Indonesia. Ini merupakan sebagian menterjemahkannya, dengan menggelar event yang tidak hanya tampilkan atraksi, namun juga terkandung edukasi bahari”.

 

Sementara itu Zulfichar Mochtar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang) Kementrian Kelautan dan Perikanan mengaku terkesan pada even yang merupakan terobosan model pariwisata, saat pemda berkolaborasi dengan kelompok nelayan konservasi mengemas even yang sangat menarik. Ujarnya: “Proses transformasi yang terjadi dari nelayan pembom ikan jadi pelaku konservasi hingga menjadi pariwisata massif adalah hal yang sangat luar biasa. Ditambah dengan dukungan pemerintah daerah yang bisa mendorong kemajuan sektor pariwisata, menjadi inspirasi bagi daerah lain”.

Ikhwan Arief Ketua Nelayan “Samudra Bakti” sekaligus pengelola Bangsring Underwater  mengatakan dirinya selalu mengajak dan memotivasi nelayan di Indonesia untuk menjaga ekosistem laut. Katanya: “Karena, dengan cara ini nelayan bisa jadi lebih sejahtera. Hal itu sudah saya alami sendiri. Sejak 2012, “Samudra Bakti” bersama Kementrian Pariwisata dan Kementrian Kelautan dan Perikanan dipercaya mendampingi nelayan dari berbagai wilayah di Indonesia untuk lakukan konservasi laut dan pengembangan pariwisata bahari. Mulai dari Raja Ampat, Wakatobi, Manokwari, hingga Bawean”.***ADIT/Dps/Maritim 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *