Amran dan Buwas Atur Sergap 2018

Mentan Amran Sulaiman, Dirut Perum Bulog Budi Waseso dan Aster TNI AD Mayjen TNI Supartodi usai pertemuan
Mentan Amran Sulaiman, Dirut Perum Bulog Budi Waseso dan Aster TNI AD Mayjen TNI Supartodi usai pertemuan

Jakarta, Maritim

Mentan Andi Amran Sulaiman dan Dirut Perum Bulog Komjen Budi Waseso (Buwas), Rabu (9/5), melakukan pertenuan di Kantor Perum Bulog. Pertemuan itu membahas sekaligus konsolidasi dalam rangka Rapat Koordinasi Serapan Gabah Petani (Sergap) 2018.

Hasilnya, dua hal strategis ditelurkan dari pertemuan tersebut, yakni dukungan Mentan kepada Bulog untuk Sergap 2018 dan bantuan sebanyak 1.000 unit dryer (pengeringan gabah) kepada kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan).

Menurut Amran, untuk membantu Bulog dalam Sergap 2018, pihaknya telah mengeluarkan kebijakan fleksibilitas harga gabah. Dalam kebijakan itu, Bulog bisa membeli gabah petani 30% di atas ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), sesuai Inpres No 5 tahun 2015 tentang Perberasan.

“Dengan kebijakan ini, Bulog bisa membeli gabah petani di luar kualitas,” katanya.

Inpres Perberasan menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp3.700 per kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750 per kg. Sementara harga gabah giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp4.600 per kg dan di gudang Bulog Rp4.650 per kg. Sedangkan harga beras di gudang Bulog Rp7.300 per kg.

Sedangkan putusan strategis yang kedua, pemerintah akan membagikan 1.000 unit dryer kepada poktan dan gapoktan, mengingat gabah setelah panen selalu jadi persoalan besar bagi petani saat mau dikeringkan. Apalagi, jika terjadi panen saat musim hujan.

Bantuan tersebut rencananya akan dibagikan untuk beberapa sentra produksi pangan, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan NTB.

“Sesuai perintah Presiden, kita harus segera membeli gabah petani dan memperpendek rantai pasok,” kata Mentan, didampingi Dirut Perum Bulog yang baru Budi Waseso dan Aster TNI AD Mayjen TNI Supartodi.

Salah satu program memotong rantai pasok, lanjut Amran, adalah dengan pemberian dryer ke kelompok tani/gabungan kelompok tani. Di mana tahun ini, pemerintah menyiapkan anggaran sebanyak Rp1 triliun, untuk pemberian bantuan 1.000 unit dryer (pengering padi).

Dengan adanya dryer, nantinya poktan/gapoktan membeli gabah petani, sehingga akan memotong rantai pasok. Kemudian gabah tersebut dibeli Bulog sesuai ketetapan pemerintah dalam Inpres No 5 tahun 2015.

“Jadi harga gabah di petani tidak akan turun. Sedangkan harga beras di konsumen juga tidak melonjak,” ujarnya.

Mentan berharap, dengan bantuan dryer ke petani, serapan gabah Bulog akan meningkat dibandingkan tahun lalu. Data Perum Bulog menyebutkan, realisasi pengadaan gabah/beras hingga kini baru sebanyak 667.852 ton atau 30% dari total target sampai dengan Juni 2018 sebesar 2,2 juta ton.

Sementara Dirut Perum Bulog, Budi Waseso, menambahkan salah satu upaya menjaga stabilisasi harga di tingkat petani, Bulog melakukan pembelian gabah dengan acuan kualitas dan harga berdasarkan Inpres No 5 tahun 2015.

Gabah yang diserap itu nantinya sebagai media atau alat stabilisasi harga di tingkat konsumen, bantuan sosial beras sejahtera dan stok cadangan beras pemerintah.

“Kami sangat berterima kasih dukungan Kementerian Pertanian dan TNI memperkuat pengadaaan gabah Bulog,” tandas Buwas. (M Raya Tuah)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *