KETIKA TRADISI TORON JADI SEKEDAR MOLE

Tanjung Perak, Maritim

PULANG ke kampung halaman saat Hari Raya Idulfitri/Iduladha, bagi penduduk Pulau Jawa,
lazim disebut mudik, sebagai konotasi pembeda kaum urban dengan suburban. Sebagian pekerja di kota-kota metropolis yang mulanya lahir dan besar di desa, menyebut desa asal sebagai udik. Namun berkenaan dengan perubahan wilayah ekonomis, peristilahan juga bisa terbalik-balik. Para pekerja perkebunan di Mantangai yang gak ketulungan udiknya, pada saat pulang ke metropolis Malang, tetap saja menyebutnya mudik.

Tradisi toron atau pulang kampung ala masyarakat Madura untuk merayaan Idulfitri/Iduldha tetap jadi ritual budaya lokal yang tak pernah lekang oleh waktu, walau implementasinya sudah berubah. Kata toron, mengandung arti para nelayan maupun pekerja migran kembali menginjakkan kakinya ke Pulau Madura, setelah mereka turun dari perahu mayang atau kapal pengangkut mendarat di pantai.

Kecuali bagi para reng majengan yang tetap setia pada tradisi, kini para pemudik ke Madura lebih banyak turun di termial-terminal bis Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep akibat lancarnya moda transportasi jalan raya lewat Jembatan Suramadu. Atau bagi mereka yang cukup mampu, dapat turun dari peawat udara yang mendarat di Bandara Trunojoyo di Sumenep, yang load factornya kian meningkat. Selanjunya mereka tinggal mole ke rumah masing-masing.

Namun pada tiap peak season, selalu muncul perilaku pengguna angkutan kendaraan roda dua yang disayangkan, karena dalam tradisi ini masyarakat banyak yang abai terhadap keselamatan dengan tidak mengenakan helm, berboncengn lebih dari satu orang maupun membawa barang bawaan yang melebihi ketentuan.

Hal ini jadi pemandangan umum di gerbang Tol Suramadu sisi Surabaya, dengan volume kendaraan yang cukup tinggi dilalui para pemudik pengguna kendaraan roda dua yang banyak melanggar aturan lalu lintas di jalan raya, maupun safety berkendaraan.

Mahmud, salah seorang pengendara roda dua asal Sampang, yang tidak membawa barang melebihi kapasitas kendaaran roda dua saat akan melintasi jembatan Suramadu, berucap: “Setelah singgah ke rumah saudara di dekat Suramadu ini langsung ke Madura, biar sekalian bawa oleh-oleh dalam batas aman. Tetapi kalau jatuh ya sudah nasib”.

Gerbang Tol Suramadu di hari raya idulfitri dibuka 3 gardu untuk kendaraan roda empat, dmikian juga bagi kendaraan roda dua disediakan pula 3 gerbang masuk jalan tol. Dibanding dengan H-1 volume kendaraan roda dua maupun empat pada Hari H, sudah mulai menurun, terbukti dari antrean yang tak sepanjang Kamis sore.***AYU/Sub/Maritim

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *