CUACA EKSTREM PERAIRAN BALI, WISMAN PILIH HELIKOPTER

Cuaca di Pprairan Bali dalam kondisi ekstrim
Cuaca di Pprairan Bali dalam kondisi ekstrim

Denpasar , Maritim

TERHALANG cuaca kurang bersahabat di Selat Lombok, Pelabuhan Padangbai Bali, tak dapat dioperasikan penuh, hingga terjadi penumpukan truk dan penumpang yang sedianya akan men yeberang ke Lembar di Pulau Lombok. Sejak pekan lalu, kapal-kapal cepat juiga makin sepi di lintasan. Kondisi tersebut sejalan dengan imbauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali ke seluruh masyarakat yang beraktivitas di laut agar lebih berhati-hati dan waspada, mengingat seminggu belakangan ini cuaca ekstrem dan cenderung buruk.

Read More

Hal ini disampaikan Plt. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali Dewa Putu  Mantera, di Denpasar Jumat (20/7) lalu. Ujar Mantera yang secara definitif menjabat sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Provinsi Bali: “Kami berharap dan himbau kepada semua pihak yang beraktivitas di laut di perairan Bali, agar ekstra waspada, karena cuaca buruk sesuai peringatan BMKG,”

Mantera jelasaskan, bahwa beberapa insiden di laut sekitar Pulau Bali terakhir ini, bukan human maupun technical eror tetapi lebih disebabkan oleh faktor alam. Mnurut laporan petugas di lapangan, semua fihak telah terapkan aturan keselamatan, tetapi karena cuaca yang sangat ekstrem, maka kecelakaan laut tak dapat terelakkan. Jelasnya: “Keselamatan adalah yang paling utama, jangan karena keinginan untuk mendapat tangkapan banyak, para nelayan memaksa melaut. Demikian pula di sektor angkutan laut dan penyeberangan, jangan gunakan prinsip kejar setoran“.

Plt. Kalaksa juga mengimbau masyarakat memperhatikan secara seksama siaran pers resmi dari Kementerian Perhubungan. Termasuk mengindahkan berbagai informasi resmi dari pihak-pihak terkait, misalnya menyangkut cuaca dari BMKG dan terkait aktivitas Gunung Api (Agung) dari PVMBG Kementerian ESDM.

Sebelumnya Kemenhub melalui Dirjenla mengimbau masyarakat/kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia agar meningkatkan kewaspadaan dan tak memaksakan diri melaut jika terjadi cuaca buruk dan gelombang tinggi, karena hal itu sangat membahayakan aktifitas pelayaran. Dirjendla R. Agus H. Purnomo sampaikan bahwa secara rutin Ditjenla keluarkan Maklumat Pelayaran atas dasar hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika (BMKG), sebagai bentuk peningkatan kewaspadaan dan pengawasan aspek keselamatan pelayaran, mengingat cuaca ekstrim yang masih terjadi di sebagian perairan Indonesia.

Pejabat BPBD Bali, saat jumpa media

Gelombang 4-6 Meter: Dalam Maklumat Pelayaran Nomor TX-02/VII/DN-18 tanggal 20 Juli 2018 disebutkan, berdasar hasil pemantauan BMKG diperkirakan pada tanggal 18 s.d. 24 Juli 2018, masih akan terjadi cuaca ekstrim dengan tinggi gelombang 4-6 meter. Hujan lebat diperkirakan akan terjadi di Perairan Barat Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu dan Enggano, Perairan Barat Lampung, Laut Andaman, Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa Timur, Selat Sunda Bagian Selatan, Perairan Selatan Pulau Jawa, Perairan Selatan Pulau Bali, Perairan sekitar Lombok, Perairan Pulau Sumabwa, Samudera Hindia Barat Mentawai hingga Selatan Pulau Jawa serta Selatan Pulau Sumbawa. Jelas Dirjen: “Untuk antisipasi terjadinya musibah yang mungkin terjadi karena cuaca ekstrim, peningkatan pengawasan keselamatan pelayaran harus dilakukan secara optimal dan tanpa kompromi”.

Dirjenla minta Syahbandar harus melakukan pemantauan ulang setiap hari terhadap kondisi cuaca di masing-masing lingkungan kerjanya dan menyebarluaskan informasi cuaca terkini kepada nakhoda kapal dan pengguna jasa. Tegasnya: “Bila kondisi cuaca membahayakan keselamatan pelayaran maka pemberian Surat Persetujuan Berlayar (SPB) harus ditunda hingga cuaca memungkinkan memberangkatkan kapal. Tak hanya pelayaran penumpang, kegiatan bongkar muat barang agar diawasi secara berkala untuk memastikan kelancaran dan ketertibannya. Muatan yang naik kapal juga harus dilashing serta tidak overdraft agar stabilitas kapal tetap baik”.

Sementara itu, menurut Junaidi Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), peningkatan kewaspadaan juga harus dilakukan oleh seluruh operator dan nakhoda kapal. Katanya: “Nakhoda dan pemilik kapal harus memantau cuaca sekurang-kurangnya enam jam sebelum berlayar dan melaporkan ke Syahbandar saat mengajukan SPB serta melaporkan kondisi cuaca terkini kepada Stasiun Radio Pantai (SROP) terdekat setiap enam jam sekali saat berlayar”i.

Dikatakan pula, saat tiba-tiba terjadi cuaca buruk di tengah pelayaran, nakhoda harus bawa kapal berlindung di lokasi aman, dengan ketentuan kapal harus dalam kondisi siaga untuk siap digerakkan. Tegasnya: “Kami instruksikan kepada seluruh jajaran Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) dan Distrik Navigasi agar kapal negara baik kapal patroli atau kapal navigasi tetap siap siaga dan segera beri pertolongan terhadap kapal yang berada dalam keadaan bahaya atau kecelakaaan”.

Pilih Heli: Di sisi lain, mensikapi kondisi cuaca ekstrem sejumlah wisman di Bali, memilih menggunakan helikopter, karena kapal cepat ke sejumlah pulau juga terpaksa berhenti beroperasi akibat gelombang tinggi yang menerjang perairan selatan Pulau Bali, dalam beberapa hari terakhir. Ucap Judith, wisman asal Australia, di Benoa Heliport Complex, Denpasar, Bali, Sabtu, 21 Juli 2018: “Semua kapal cepat dibatalkan perjalanannya dan kapal feri juga berbahaya. Jadi kami memilih naik helikopter.

Judith yang sebelumnya berwisata di Pulau Gili Trawangan, Lombok, NTB, sudah memesan tiket kapal cepat ke Pulau Bali. Namun, karena gelombang tinggi di laut masih berbahaya, ia memilih menggunakan jasa angkutan helikopter, karena mengejar keberangkatan pesawat ke Australia dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Ungkapnya kepada Maritim: “In the critical moment like this, helicopter will be best choise, cause she will faster flight and give more facility.  Menghadapi kondisi darurat seperti ini, helikopter menjadi solusi terbaik, karena jauh lebih cepat dan nyaman. Tiga hari lagi saya harus kembali ke Aussie dengan penerbangan dari Ngurah Rai. Karenanya saya harus berangkat ke Bali secepat mungkin”.

Sales and Marketing Manager Air Bali, Feni Sofiani mengatakan, sejak sekitar tiga hari lalu, banyak pesanan mendadak dari wisman yang sebagian besar akan kembali ke Pulau Bali. Terutama ditutupnya operasional seluruh kapal cepat dari dan menuju sejumlah pulau seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Gili Trawangan. Jelasnya: “Mungkin wisatawan agak panik.Gelombang tinggi membuat kapal cepat dibatalkan, dan sebagian besar wisman itu harus mengejar pesawat udara untuk kembali ke negaranya yang berangkat dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jadi. mereka gunakan helikopter kami sebagai alternatif mempercepat mobilitas mereka”. ***ERICK ARHADITA

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *